Jakarta (ANTARA) - Indonesia siap memenuhi kebutuhan cangkang sawit dan pelet kayu Jepang dalam mengimplementasikan energi terbarukan melalui biomassa dengan memenuhi standar yang ditetapkan Jepang.
“Untuk dapat memenuhi kebutuhan energi biomassa di Jepang yang potensinya sampai 90 biomassa, cangkang sawit dan pelet kayu dari Indonesia tersebut, tentunya harus memenuhi standar dan spesifikasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Jepang,” kata Plt Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina saat web seminar, Selasa.
Untuk itu Konsulat Jenderal KBRI Osaka, ITPC Osaka, Atase Perdagangan Tokyo, menggelar web seminar bertajuk “Indonesia-Japan Market Access Workshop Renewable Energy” yang menghadirkan para pelaku usaha dari Jepang untuk memaparkan standar cangkang sawit dan pelet kayu yang dibutuhkan Jepang.
“Dengan demikian, peluang pasar produk biomassa yang bahan bakunya dibutuhkan dari Indonesia bisa diproduksi sesuai kebutuhan negara Jepang,” ujar Srie.
Baca juga: APCASI nilai cangkang sawit berpeluang tambah devisa
Srie memaparkan Pemerintah Jepang menargetkan untuk memproduksi listrik sebesar 1.065 Terawatt hour (TWh) yang dituangkan dalam bauran energi 2030, di mana 3,7-4,6 persen di antaranya akan ditargetkan berasal dari biomassa.
“Dan ini merupakan pasar yang besar, yang luar biasa bagi produk-produk Indonesia berupa palm kernel shell atau cangkang sawit dan wood pellets atau kayu pelet dari Indonesia,” ujar Srie.
Dalam rangka mendorong peningkatan penggunaan sumber energi terbarukan, Pemerintah Jepang telah menerapkan kebijakan Feed in Tariff System (FIT) yang telah dimulai pada Juli 2012.
Baca juga: Kementan kenalkan teknologi pengembangan biomassa dari sawit
Kebijakan ini menggunakan struktur insentif untuk menciptakan siklus investasi, inovasi, dan pengurangan biaya produksi sehingga impor cangkang sawit Jepang dari dunia turut meningkat tajam sejak 2012.
“Selama periode 2015-2019 nilai ekspor cangkang sawit RI ke Jepang mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu rata-rata sebesar 49 persen per tahun,” ujar Srie.
Adapun Jepang sebagai pasar untuk produk cangkang sawit, pada 2019 telah mengimpor 2,5 juta metrik ton cangkang sawit dari dunia dengan 85 persen di antaranya bersumber dr Indonesia.
“Suatu Informasi yang sangat membahagiakan dan ini harus terus kita pelihara untuk bisa pasar tersebut tidak diganti negara lain,” ujar Srie.
Baca juga: Kementan ekspor perdana "wood pellet" Gorontalo ke Korea Selatan