"Kopi merupakan komoditas yang menjanjikan," ujar Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Tapin, Iwan Satriansyah di Rantau, Jum'at.
Dia mengatakan, Desa Buni'in Jaya yang berada di kawasan perbukitan ini, kultur alam nya cocok sebagai tempat pengembangan komoditas yang menjanjikan itu.
Baca juga: Karet tak produktif masyarakat Desa Buni'in Jaya di Tapin lirik kopi
"Dirasa perlu untuk dicoba sebagai tempat pembudidayaan kopi di Kabupaten Tapin melalui BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) sebagai pengelolanya," ujarnya.
Dinas PMD Tapin, kata dia, siap untuk memfasilitasi segala keperluan BUMDes agar kekuatan ekonomi baru ini terwujud.
"Ini menjadi komitmen Dinas PMD untuk mendorong BUMDes menjadikan satu-satunya lembaga ekonomi desa sebagai sumber pendapatan asli desa," ujarnya.
Harapan besar Dinas PMD Tapin, ungkap Iwan, di masa depan desa ini bisa mandiri dan tak bergantung lagi dengan dana desa yang dikucurkan pemerintah pusat.
Bendahara BUMDes Karya Batu Pati Desa Buni'in Jaya Fani mengatakan keinginan petani untuk berkebun kopi itu berawal dari studi tiru di Desa Aranio, Riam Kanan, Kabupaten Banjar.
Baca juga: Mejeng di Java Coffe Culture, kopi asal Tapin dinilai berkualitas
"Konsepnya nanti BUMDes yang beli. Ya, dari desa untuk desa," ujarnya.
Faktor utama yang mendorong keinginan itu adalah menurunnya produktivitas perkebunan hasil karet di Desa Buni'in Jaya.
Kepala Desa Buni'in Jaya Saberan mengatakan lahan perkebunan di desa itu 80 persen ditanam karet, sebagian kini sudah tak produktif lagi.
Baca juga: Petani kopi serap untung dari Expo HUT ke-57 Tapin
"Minat masyarakat ke kopi besar, karena karet sudah tak produktif lagi," ujarnya.
Ada 140 KK di Desa Buni'in Jaya ini, kata Saberan, masing-masing mempunyai sekitar dua hektar kebun karet.
"Pohon karet di sini sudah tua (umur lebih 30 tahun) dan harganya murah, sejak awal tahun lalu bertahan di harga Rp7,5 ribu," ujarnya.
Sebagai percobaan, kata Saberan, saat ini sudah disiapkan lahan satu hektar lebih di lahan desa. Sebagian petani, lanjutnya, juga sudah ada yang menyiapkan lahan.
Mendorong rencana ini, komunitas jurnalis dari Pena Hijau Indonesia ikut nimbrung. Hari ini, mereka menyalurkan 170 bibit kopi jenis leberika dari Biji Kopi kepada petani di Desa Buni'in Jaya.
Baca juga: Negara Afrika-Eropa gandrungi kopi "Borneo" Kalsel
Selain itu, ada juga tanaman produktif lainnya jenis buah-buahan sebanyak 300 bibit pohon dari KPH Hulu Sungai Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan.
"Kopi ini adalah komoditas yang bagus untuk petani, untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat desa ya salah satunya dengan kopi," ujar Ketua Pena Hijau Indonesia Denny S. Ainan.
Kopi Kalsel ini diminati pasar nasional - internasional, maka, lanjut Denny, wacana desa dan melihat potensi pasar itu harus didorong oleh semua pihak.
"Dengan peluang pasar yang besar itu, harus didorong semua pihak, terutama pemerintah. Sektor, swasta juga, karena Desa Buni'in Jaya ini ada di sekitar tambang," ujarnya.
Aksi hari ini di Kabupaten Tapin, kata Denny, adalah rangkaian program "Ekspedisi Meratus 2023", selanjutnya akan menyasar wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan kegiatan yang sama.