Pembuat gula aren rumahan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan sejak minggu kedua Ramadhan 1432 H meningkatkan produksi mereka untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang mengalami peningkatan.
Salah satu pembuat gula aren, Darsani di Desa Sungkai, Selasa mengatakan begitu memasuki Ramadhan para pembuat gula aren mulai memperbanyak produksi untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar Kabupaten Banjar.
"Saat bulan puasa apalagi memasuki minggu kedua rata-rata produksi 30 - 50 biji perhari," kata Darsani.
Itupun masih kurang karena permintaan juga datang dari warga luar Kabupaten Banjar yaitu Kabupaten Tapin.
Dia menjelaskan di Desa Sungkai ada tiga warga yang masih bertahan membuat gula aren selain dia juga Andi dan Syahrin dengan harga penjualan Rp3.000 - Rp4.000 perbiji.
Produksi gula aren atau gula merah yang berasal dari air nira pohon enau itu dijual selain untuk Pasar Sungkai juga kesejumlah pasar di Kabupaten Banjar seperti Pasar Sungai Pinang, Simpang Empat dan Pangaron.
"Banyaknya permintaan gula merah saat Ramadhan karena digunakan warga untuk membikin kue dan minuman segar untuk berbuka puasa," terang Darsani.
Astaliah penjual kue takjil di Pasar Sungkai mengaku saat puasa seperti sekarang lebih banyak menggunakan gula merah dibanding gula pasir untuk membuat kue karena rasanya lebih nikmat.
"Saya banyak menggunakan gula aren untuk membuat kue karena lebih enak dan ada rasa khas dibanding gula pasir," katanya.
Dia mengungkapkan penggunaan gula merah dari segi harga sebenarnya tidak mempengaruhi karena kedua jenis gula tersebut harganya tidak jauh berbeda.
"Tapi ingin lebih enak saja biar pembeli puas dengan apa yang kita jual," ujarnya.
Gula aren berwarna kecoklatan berasal dari sadapan air tangkai bunga pohon enau di Desa Sungkai dibuat menggunakan cetakan dari kayu berbentuk kerucut setelah kering dibungkus daun kalaras atau daun pisang kering supaya tahan lama bertahan sampai tiga bulan tetap utuh.
Di Kabupaten Banjar yang terkenal sebagai penghasil intan tersebut masih terdapat puluhan industri rumahan gula aren yang tersebar di beberapa desa karena pohon enau tidak mengenal musim.(Asm/A)