Banjarmasin (ANTARA) - Tim peneliti dari Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) terdiri dari Heldiansyah, Adi Pratomo, Mey Risa, Agus Irawan dan Ronny Mantala, serta Muchtar Salim mempresentasikan teknologi deteksi jenis kelamin itik Alabio di Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi Peternakan Tropis (SAINTROP) 2025 yang diselenggarakan oleh Program Studi Peternakan Universitas Bengkulu secara daring pada 7 Mei 2025 melalui platform Zoom.
"Kami memaparkan hasil penelitian yang menggunakan pendekatan Convolutional Neural Network (CNN) untuk menganalisis spektrogram suara anak itik," kata Heldiansyah, dosen Program Studi Bisnis Digital Poliban selaku ketua tim peneliti di Banjarmasin, Sabtu.
Baca juga: Mahasiswi Poliban hidupkan Bapandung Banjar
Penelitian ini merancang sistem deteksi otomatis jenis kelamin itik Alabio usia sehari berbasis kecerdasan buatan yang dapat mengatasi permasalahan keterbatasan tenaga ahli, risiko stres cedera pada DoD akibat penanganan fisik, biaya sexing tinggi, dan waktu pemrosesan lama untuk skala besar.
Dalam presentasinya, Heldiansyah menyoroti pentingnya itik Alabio sebagai plasma nutfah unggulan Kalimantan Selatan dengan populasi mencapai 4,5 juta ekor pada tahun 2023.
Ia menjelaskan bahwa sistem yang dikembangkan timnya mampu mendeteksi jenis kelamin itik Alabio usia sehari dengan tingkat akurasi 80 persen, jauh lebih cepat dan minim dampak stres dibandingkan metode konvensional.
"Hasil visualisasi Grad-CAM menunjukkan model CNN fokus pada pola transisi frekuensi pada rentang 2000-4000 Hz, struktur harmonik pada awal vokalisasi, dan pola modulasi amplitudo pada bagian tengah vokalisasi untuk membedakan itik jantan dan betina," tambah Heldiansyah menjelaskan aspek teknis penelitiannya.
Baca juga: Poliban deteksi tingkat pencemaran air lindi TPAS Basirih
Penerapan teknologi kecerdasan buatan dalam bidang peternakan seperti yang dilakukan tim Poliban ini merupakan inovasi yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan kesejahteraan hewan dalam industri peternakan Indonesia.
Penelitian yang dipresentasikan dalam SAINTROP 2025 mendapat penghargaan sebagai Best Presenter.
Penelitian ini merupakan bagian dari Program Katalisator Kemitraan Berdikari yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Tahun 2024.
Heldiansyah menyebut sistem ini berpotensi terus dikembangkan agar memberikan manfaat bagi industri pembibitan itik.
Peluang implementasi teknologi kecerdasan buatan dalam mendukung pengembangan industri peternakan itik Alabio sebagai komoditas unggulan daerah Kalimantan Selatan sangat menjanjikan.
SAINTROP merupakan forum ilmiah dua tahunan yang didedikasikan untuk mengeksplorasi dan meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal untuk praktik-praktik peternakan yang berkelanjutan.
Seminar ini menjadi wadah penting bagi para akademisi dan praktisi untuk mendorong pembangunan berkelanjutan melalui inovasi dalam bidang peternakan tropis.
SAINTROP 2025 yang bertemakan "Peran Sub-Sektor Peternakan dalam Menunjang Ketahanan Pangan dan Pembangunan Desa" dihadiri oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI, Yandri Susanto sebagai keynote speaker.
Baca juga: Pemkot Banjarmasin dan Poliban rancangan inovasi atasi sampah
