Banjarmasin (ANTARA) - Tuan Guru Haji Zainuddin Rais menganjurkan kaum Muslim khususnya untuk menggembleng nafsu amarah menjadi lawwamah hingga nafsu mutmainnah, dalam tausiyahnya di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, Sabtu pagi.
Tuan Guru juga menganjurkan di hadapan jamaah Shalat Subuh Masjid Assa'adah tersebut dengan mengutip Kitab "ihyaulumuddin " karya Imam Ghazali, dan dalan kajian kali ini masih Jilid IV.
"Pasalnya menurut Imam Ghazali, bahwa nafsu tersebut bisa lebih ganas daripada binatang buas," kutip Tuan Guru yang penampilannya hampir semua dengan Tuan Guru Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Abah Guru Sakumpul Martapura Kalimantan Selatan (Kalsel) itu.
Sebagaimana diketahui bahwa nafsu itu ada tiga jenis yang pertama nafsu amarah yaitu nafsu yang selalu mendorong manusia untuk berbuat keburukan atau kemaksiatan, dapat merusak diri sendiri, lingkungan, dan tatanan sosial di masyarakat.
Sebaga contoh nafsu amarah antara lain iri, marah, licik, culas, egois, dengki dan tamak, serta lainnya yang bersifat keburukan atau tidak terpuji.
Sementara nafsu lawwamah menyesali diri sendiri dan cenderung mencela dirinya. Nafsu ini sudah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya, namun masih banyak terpeleset dalam perbuatan maksiat atau terkadang berubah dan beralih dari satu keadaan kepada keadaan yang lain
Sedangkan nafsu mutmainnah menunjukkan sifat jiwa yang memperoleh ketenangan, sehingga pada setiap ibadahnya atas dasar cinta kepada Allah SWT
Nafsu yang sudah bersih dari kotoran-kotoran halus dan telah berganti sifat-sifat tercelanya menjadi sifat-sifat terpuji, mendapat keridhaan Allah SWT, karena hadir dalam jiwa seseorang yang tenang.
Pada kesempatan tersebut, Tuan Guru Zainuddin kembali mengutip pendapat Imam Ghazali, bahwa yang halal itu langka atau sulit mendapatkan dan melakukan.
"Namun menjadi kewajiban seorang Muslim untuk mendapatkan dan melakukan yang halal tersebut sebagaimana Sunnatullah dan Sunnah Rasulullah Muhammad Saw," lanjut Tuan Guru Zainuddin.

Tuan Guru Zainuddin juga mengingatkan, bahwa kebiasaan berperilaku dalam kehidupan bisa terbawa hingga menjelang kematian dan muncul dalam mimpi yang bersangkutan.
"Kalau kebiasaan berperilaku, maka yang bersangkutan ketika sakaratul maut atau menjelang menghembuskan nafas terakhir tetap tenang dan dalam keadaan baik," lanjut Tuan Guru Zainuddin.
Begitu pula sebaliknya, kalau kebiasaan berperilaku buruk ketika menjelang akhir hayat yang bersangkutan kurang tenang sehingga lupa dengan Allah. "Semoga kita semua saat meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah," demikian Tuan Guru Haji Zainuddin Rais.