"Manugal Banih Patawungan ini harus terus dilestarikan, ini masuk kategori wisata budaya," ujar Syarifuddin di Desa Harakit, Kecamatan Piani, Sabtu.
Baca juga: Tradisi "Aruh" suku Dayak di Tapin Kalimantan Selatan
Syarifuddin menilai warisan budaya masyarakat Dayak ini sangat menjual dan bisa menjadi salah satu magnet untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kecamatan Piani Kabupaten Tapin.
"Di mana ini sudah turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Dayak Meratus di Tapin," tutur Syarifuddin.
Tokoh Dayak Meratus Tapin Pangbalum atau Rusdiansyah mengatakan Manugal Banih Patawungan memiliki arti menanam benih padi dan tanaman lain di satu lahan dengan cara gotong royong.
"Hasil panen nanti akan digunakan untuk pelaksanaan Aruh Ganal (ritual syukur panen besar)," ungkapnya.
Pangbalum mengungkapkan ritual Manugal Banih Patawungan untuk menolak bala hingga menyampaikan doa kepada Tuhan Sang Pencipta agar melimpahkan hasil panen dan berkah untuk masyarakat.
Keunikan acara Manugal Banih Patawungan, yakni adanya iringan musik "kurung-kurung" dengan alat musik terbuat dari bambu khusus dengan panjang lebih lima meter yang dibentuk sedemikian rupa.
Baca juga: Ruai Rindu Meratus pamerkan alam dan budaya Dayak Meratus
Di Kecamatan Piani, terdapat delapan desa dihuni masyarakat adat yang kompak berpartisipasi untuk meramaikan atau menanam benih di lahan tersebut.
Dilihat secara seksama, peran kelompok laki-laki membuat lubang menggunakan tugal atau tongkat kayu, sedangkan kaum perempuan menyemai benih ke dalam lubang saat proses menanam.
Pada lahan seluas satu hektar lebih itu, aktivitas bercocok tanam dilakukan dengan waktu yang singkat karena melibatkan puluhan masyarakat.
Baca juga: Perajin gelang simpai Dayak Meratus dulang rezki di Tapin Art Festival