Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Dinas Perikanan Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan setiap tahun menghadapi tantangan untuk mengembalikan tingkat produksi ikan budidaya seperti pada 2014 yang mencapai 24000 ton.
"Sekarang produksi ikan budidaya sebanyak 9564 ton, jauh berkurang dibanding produksi empat tahun sebelumnya," ujar staf bagian data Dinas Perikanan Maisarah dI Amuntai, Senin.
Maisarah mengatakan, penurunan produksi ikan budidaya dimulai 2015 menjadi sebanyak 17018 ton, sempat meningkat sedikit di 2016 menjadi 17714 namun kemudian terus nenurun di 2017 menjadi 9595 ton dan terakhir di 2018 sebanyak 9564 ton.
Kendala yang ditemukan jajaran Dinas Perikanan dilapangan berdasarkan hasil pengawasan dan wawancara dengan petani budidaya yakni harga pakan ikan yang terus berfluktuasi.
Kualitas air sungai yang cenderung menurun mengakibatkan tingginya mortalitas pada saat proses budidaya.
"Bahkan pada jenis-jenis ikan tertentu yang selama ini tahan terhadap perubahan kualitas air, akhir-akhir ini juga mengalami kematian sehingga membuat petani budidaya mengalami kerugian," terangnya.
Komodiitas ikan lokal yang tahan terhadap kondisi perairan, akhir-akhir ini juga mengalami kendala ketersediaan pakan (pakan rucah hidup) yang tidak mencukupi diperairan.
Jumlah benih ikan yang diproduksi oleh Balai Benih Ikan (BBI) di Kabupaten HSU yang dianggap lebih dapat beradaptasi dengan lingkungan belum dapat memenuhi kebutuhan akan benih dari petani pembudidaya dimana jumlah produksi benih ikan yang dihasilkan BBI hanya sebanyak 150000 ekor pertahun.
Mengatasi kendala-kendala dimaksud maka Dinas Perikanan berupaya menggiatkan program mandiri pakan.
"Kita berusaha membantu petani agar bisa membuat pakan ikan sendiri dari bahan yang mudah didapat dan murah," terang Maisarah.
Dikatakan pula mengenai kendala pemasaran, dengan membantu petani mencarikan akses pasar yang berkesinambungan dengan cara mengatur pola pembibitan dan pemeliharaan ikan.
Meningkatkan keterampikan petani, penyuluh dan petugas balai benih ikan juga dilaksanakan setiap tahun agar kegiatan produksi semakin membaik.
Mencarikan dan menerapkan teknologi sistem budidaya yang lebih mudah dan ekonomis serta menguntungkan seperti Sistem Fishpen pada budidaya kolam rawa dan perairan.
" Kita juga mendorong petani agar lebih membudidayakan ikan lokal diperairan rawa dan kolam dengan sisten fishpen atau net sehingga lebih menguntungkan," katanya.
Sedangkan pada produksi Ikan hasil tangkapan cukup stabil sejak 2014 dikisaran 12000 ton per tahun, jika pun mengalami penurunan produksi hanya sekitar 0,77% atau sekitar 94 ton.
Kendala yang dihadapi Jajaran Dinas Perikanan dan petani tangkap adalah persoalan Ilegal Fishing. Selain menggiatkan pengawasan perairan melalui peran serta nelayan juga pembinaan kelompok nelayan agar lebih peduli terhadap kelestarian sumber daya perikanan.
"Kita juga terus melakukan pengkayaan stock setiap tahun, pada 2018 pengkayaan stock dilakukan perairan di Desa Banyu Hirang dan Desa Pulau Tambak Kecamatan Amuntai Selatan berupa bibit Ikan betok sebanyak 35000 ekor," katanya.
Untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap juga dilakukan pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang memfasilitasi nelayan tangkap mendapatkan asuransi melalui program Bantuan Premi Asuransi Nelayan (BPAN) yang merupakan bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.