"Pemberitaan pers Indonesia tentang isu-isu sawit sudah sangat positif dan objektif," kata Joko Supriyono saat menjadi pembicara dalam Sarasehan Nasional Pers Kebangsaan dan Pembangunan pada Era Digital di Monumen Pers Solo, Kamis.
Joko mengatakan sebagai industri strategis sudah semestinya pers mendukung keberadaan sektor kelapa sawit apalagi di tengah melemahnya nilai tukar rupiah dan defisit neraca perdagangan, ekspor sawit bisa menjadi penyelemat ekonomi nasional.
"Ini bukan sekadar kepentingan pengusaha atau industri, tapi ini menyangkut nasionalisme sebagai bangsa," katanya.
Pada sarasehan menyambut Kongres XXIV PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) tersebut, Joko membandingkan pemberitaan media nasional dengan media-media barat yang notabene adalah produsen minyak nabati pesaing sawit.
"Kami yakin pemberitaan media asing yang mendiskreditkan sawit tidak berdiri sendiri tetapi bagian dari kepentingan negara maju untuk mengalahkan sawit dalam persaingan minyak nabati global," kata Joko.
Ia menambahkan bahwa pada 2017, ekspor sawit menyumbang devisa 22,9 miliar dolar Amerika Serikat atau lebih dari Rp300 triliun.
Ada 17 juta masyarakat Indonesia yang hidup dari sektor kelapa sawit baik sebagai pekerja maupun petani sawit.
Joko mengatakan Gapki mewakili perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan terus memperkuat kerja sama dengan lembaga-lembaga pers di Indonesia sehingga persepsi positif sawit semakin menyebar luas di kalangan masyarakat termasuk para netizen. (Humas Gapki)
Editor : Adha Nadjemudi