"Tidak mungkin anak didik kita berkualitas kalau gurunya tidak berkualitas," ujar Ibnu Sina di Banjarmasin, Sabtu.
Menurut dia, Pemkot Banjarmasin memperhatikan peningkatan mutu dan kualitas guru.
"Sebagai contoh, kami telah mengirim guru ke Cambridge, London, Inggris untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. Ke depan, kesejahteraan guru juga menjadi prioritas," katanya.
Ibnu Sina menyampaikan, HUT PGRI ke-79 mengambil tema "Guru bermutu, Indonesia maju: Guru hebat, Indonesia kuat" menjadi refleksi tantangan dan harapan dunia pendidikan.
Ibnu Sina juga menyoroti perlu dukungan bagi guru honorer, khususnya di sekolah swasta.
"Ada aspirasi dari guru-guru honorer, terutama di swasta, agar mendapatkan honor daerah. Mudah-mudahan di tahun 2025 aspirasi ini bisa diperjuangkan dan dimasukkan dalam APBD. Ini tidak hanya soal gaji, tetapi bentuk penghargaan atas dedikasi mereka," katanya.
Adapun, terkait wacana penghapusan sistem zonasi pendidikan, Ibnu Sina menyarankan pendekatan yang lebih bijak.
"Tujuan utama zonasi adalah pemerataan kualitas pendidikan. Sekolah di pusat kota dan pinggiran harus sama kualitasnya," ujarnya.
Namun, ucap dia, jika ada kekurangan, lebih baik disempurnakan, bukan dihapus. Misalnya, kuota khusus untuk anak-anak berprestasi di sekolah favorit bisa menjadi solusi.
Ibnu Sina juga menekankan agar kebijakan pendidikan tidak berubah-ubah setiap pergantian menteri.
"Kurikulum yang baik di era pak Nadiem Makarim, misalnya, perlu dilanjutkan dan ditingkatkan, bukan diganti begitu saja. Konsistensi sangat penting agar kualitas pendidikan kita terus meningkat," kayanya.
Momentum peringatan HUT PGRI ini, Ibnu Sina mengajak seluruh pihak untuk bersinergi dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
"Pendidikan yang maju dimulai dari guru yang bermutu. Kita harus memastikan mereka memiliki fasilitas yang memadai, kesejahteraan yang layak dan dukungan penuh dari pemerintah. Hanya dengan itu, mimpi Indonesia menjadi negara besar di tahun 2025 bisa tercapai," demikian katanya.