Banjarmasin (ANTARA) - Ustadz Haji Abdurrahman Siddiq kembali mengingatkan zakat fitrah dan hal-hal berkaitan dengan Idul Fitri, dalam tausiyahnya di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, sesudah Shalat Subuh Ahad.
"Saya perlu atau berkewajiban mengingatkan kembali tentang fitrah dan hal-hal yang berkaitan dengan Idul Fitri, kalau mungkin ada yang lupa atau mengetahui. Kan sayang sesuatu yang bernilai ibadah tidak mendapatkan nilai apa-apa," ujar Ustadz Abdurahman Siddiq.
Baca juga: "Orong-orong" warnai pasar tradisional di Banjarmasin jelang Idul Fitri
Dengan mengutip Hadits Nabi atau menguak Sunah Rasulullah Muhammad Saw, Ustadz Abdurahman Siddiq mengatakan, zakat fitrah itu dari makanan seperti gandum dan kurma. Namun untuk kaum Muslim di Indonesia nasi yang berarti berasal dari beras.
"Jadi Rasulullah Saw tidak pernah fitrah itu berupa uang. Begitu pula dari empat Madzhab yang masyhur, hanya Imam Hanafi yang membolehkan fitnah dengan uang. Sedangkan ketiga Mazhab Imam Syafi'i, Maliki dan Hambali tidak membolehkan, kecuali dalam keadaan darurat," ungkapnya.
Ustadz yang menyandang gelar "Lc" itu menjelaskan, pengertian darurat misalnya tidak ada orang yang jual beras. "Sedangkan di Indonesia seperti di Banjarmasin banyak atau dimana-mana ada orang jual beras. Jadi tidak bisa masuk kategori darura," katanya.
Ia juga menerangkan, berdasarkan Syari'ah waktu yang abdal menyerahkan zakat fitrah pada malam hari raya sampai sebelum Shalat 'id (sembahyang hari raya), kalau sebelum ituhukumnya "mubah".
Pengertian mubah dalam syariat Islam sesuatu yang diizinkan atau dibolehkan untuk dilakukan, namun tidak ada kewajiban untuk mengerjakannya, dan tidak ada larangan untuk meninggalkannya, sehingga tidak ada dosa atau pahala yang didapat.
Baca juga: Tuan Guru Zainuddin ungkap ketegasan Allah SWT
"Oleh karenanya, walau tampaknya sederhana, tapi jangan anggap remeh mengenai zakat fitrah kalau memang mau mendapatkan nilai pahala sebedar mungkin," ujar mantan penghulu atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, Talak dan Rujuk (P3NTR) Kantor Urusan Agama (KUA) Banjarmasin Selatan tersebut.

Pada kesempatan itu, dia mengungkapkan sebuah Hadits Rasulullah Saw, bahwa celakalah hamba Allah atau seorang Muslim yang menemui Ramadhan tidak mendapatkan ampunan dari Allah (hamba yang hina).
"Orang tidak mendapat ampunan Allah, walau melaksanakan ibadah puasa dan peribadahan lainnya, tetapi tidak pernah mengunjungi orang (kalau masih hidup) sebagai tanda bakti, sedangkan yang bersangkutan berkemampuan," demikian Abdurrahman Siddiq.
Baca juga: Guru Bachtiar: Tantangan dan halangan selalu ada untuk kebaikan