Selain itu, sejumlah petani mengeluhkan Bulog Kalsel memberikan persyaratan yang terlalu ketat, seperti mewajibkan gabah menjual gabah harus dalam kondisi kering, sehingga makin menyulitkan petani.
Bahkan, petani juga mengeluhkan pembayaran dari Bulog Kalsel yang sering terlambat hingga satu minggu, menyebabkan petani kesulitan memutarkan modal.
Situasi ini membuat banyak petani memilih menjual gabah ke tengkulak meskipun dengan harga lebih rendah, daripada harus berhadapan dengan ketidakpastian dari Bulog Kalsel.
Hal ini menjadi pukulan bagi para petani yang seharusnya bisa mendapatkan harga lebih baik sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Baca juga: Oplah rawa di Tanah Laut terealisasi seluas15.405 hektare
Karena keluhan sejumlah petani tersebut, Amran memastikan akan mengambil langkah serius untuk memperbaiki sistem serapan gabah ke depannya.
Amran menegaskan pemerintah tidak akan tinggal diam ketika petani dirugikan akibat kinerja Bulog yang lamban.
“Kita tidak bisa membiarkan petani terus dirugikan, harus ada perbaikan nyata, Bulog harus turun ke lapangan, bukan sekadar menunggu di gudang. Ke depan, kita akan terus pantau agar penyerapan gabah berjalan optimal,” tegas Amran.
Langkah ini, diharapkan Amran dapat memberikan dampak positif bagi petani, memastikan harga gabah tetap stabil, serta menjamin tidak ada lagi petani yang merasa diabaikan saat panen raya.
Amran memastikan pemerintah berkomitmen untuk terus mengawal kesejahteraan petani dan memastikan kebijakan yang berpihak pada petani terlaksana di lapangan.
Baca juga: Mentan RI tegaskan Kalsel harus mampu tingkatkan indeks pertanaman tiga kali setahun