Masyarakat di hulu, lanjutnya, khawatir air sungai terbendung dari atas Pegunungan Meratus karena tidak mengalir lancar ke hilir, dan jika ini terjadi maka sewaktu-waktu saat puncak musim hujan akan menghantam deras permukiman warga di Hantakan.
Selain itu, Kasman juga meminta perangkat daerah dapat memfungsikan alat deteksi dini banjir yang ada di Desa Alat, karena tidak berfungsi maksimal. Saat banjir hari kedua, baterai alat deteksi banjir tersebut mengalami error sehingga tidak dapat difungsikan untuk memantau ketinggian debit air banjir.
“Pemerintah daerah juga perlu memaksimalkan sosialisasi mitigasi bencana di wilayah kami. Karena wilayah ini sangat rawan jika sampai terjadi banjir bandang. Terlebih, di Hantakan masih kekurangan sarana dan prasarana mitigasi bencana. Kami harap, banjir dua hari ini menjadi atensi bagi pemerintah daerah agar lebih serius dalam hal mitigasi,” ujar Kasman.
Baca juga: Puluhan personel BPBD HST bantu ribuan warga terdampak banjir
Penanganan Optimal
Sebelumnya, Kepala BPBD Kabupaten HST Ahmad Apandi menyebutkan telah mengerahkan 25 personel Tim Reaksi Cepat (TRC) dibantu petugas dari beberapa instansi dan puluhan relawan swasta meninjau seluruh lokasi yang terdampak banjir, serta membantu 6.340 jiwa warga yang terdampak banjir pada tiga kecamatan.
"Kami sudah turun ke lapangan melihat langsung lokasi dan memberikan bantuan bagi warga yang mengalami kesulitan. Hujan turun berturut-turut beberapa hari ini sehingga debit air meningkat," ujar Apandi.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten HST, Apandi menyebutkan terdapat beberapa bangunan yang terdampak, antara lain 2.210 unit rumah, 21 tempat ibadah, 12 sekolah, lima kantor, dan dua pasar tradisional.