"Awal produksi kami berhasil menjual 20 lembar kain sasirangan dan kini anggota kelompok mencapai 20 orang, " jelas Hj Masnun.
Tahun ini permintaan pun makin banyak hingga mencapai 115 lembar kain dengan harga Rp120 ribu per lembar untuk jenis satin katun dan Rp320 ribu per lembar untuk satin sutra.
Masnun menceritakan terbentuknya kelompok Karya Bersama sendiri berawal dari keikutsertaan sejumlah warga dalam pelatihan membuat sasirangan yang digelar pemerintahan desa setempat.
Mereka pun sepakat membentuk kelompok untuk bersama-sama membuat sendiri kain sasirangan di tahun 2021 dengan nama kelompok pengrajin Karya Bersama.
Karya Bersama saat itu cukup kesulitan mengembangkan usahanya, karena sasirangan yang dihasilkan selalu kurang memuaskan, motif dan warna tidak beraturan sehingga produksi tidak layak dijual.
Baca juga: Balangan Coal, Link-B collaborate to create tough, innovative entrepreneurs
Namun Masnun dan anggota yang tersisa tak putus asa, mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan usaha dengan tekad bisa menghasilkan produk yang berkualitas dan bisa dijual.
Tekad ingin melestarikan budaya lokal suku Banjar di Desa Hukai menjadikan sebagian dari mereka tetap istiqamah.
Setidaknya mereka menggelutinya hanya sebagai usaha sampingan, usai menyadap karet di perkebunan.
Berkat Pendampingan Balangan Coal Sasirangan Desa Hukai Makin Eksis
Minggu, 15 Oktober 2023 11:41 WIB