Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan HM Rosehan NB menyatakan prihatin atas kondisi bangunan sekolah luar biasa Pelambuan Banjarmasin.
Pasalnya tempat sekolah luar bisa (SLB) yang menempati bangunan sekolah dasar (SD) Inpres terbuat dari kayu itu sudah lapuk, ujar wakil rakyat asal daerah pemilihan (dapil) I Kalsel atau Kota Banjarmasin tersebut, Kamis.
"Bahkan plapon ruang kelas terkelupas, dan seringkali jatuh menimpa anak didik tersebut, yang digunakan untuk SLB itu juga dikhawatirkan bangunan bagian atas runtuh menimpa kelas di bawahnya," lanjutnya.
Padahal satu-satunya SLB negeri di Kota Banjarmasin ini memiliki murid yang cukup banyak, namun tidak sebanding dengan ruangan maupun tenaga guru yang tersedia.
Mantan Wakil Gubernur Kalsel yang bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu menyatakan, bangunan sekolah tersebut harus segera mendapatkan perhatian, agar tidak menimbulkan korban, akibat atap, plapon ataupun kayu yang jatuh menimpa murid.
"Karena bangunan sekolah tersebut masih dimanfaatkan anak penyandang disabilitas atau cacat," kata mantan Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Kalsel 2004 - 2009 yang sengaja meninjau lokasi sekolah itu, atas permintaan sekolah.
Memang, tegas dia, masalah sekolah tersebut bukan urusan komisinya (Komisi I bidang hukum dan pembangunan). "Tapi berjanji akan menindaklanjuti masalah tersebut dengan menyampaikan ke komisi yang bersangkutan maupun wakil rakyat dari PDIP yang ada di Komisi IV bidang kesra DPRD Kalsel," katanya.
"Kita harapkan persoalan sekolah tersebut segera mendapatkan perhatian, karena kasihan bagi anak penyandang disabilitas, agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak," demikian Rosehan NB.
Ketika wakil rakyat asal dapil Banjarmasin itu mengunjungi SLB tersebut, Kepala sekolah itu Salamah menyatakan, pihaknya terpaksa menolak penerimaan murid baru, karena keterbatasan ruang kelas serta tenaga pengajar.
Menurut Kepala SLB Pelambuan itu, kerusakan bangunan sekolah yang dia tempati sudah lama, namun memang tidak ada perhatian pemerintah untuk memperbaiki bangunan kayu tersebut, termasuk saat penambahan bangunan kelas di atasnya.
"Jadi total ruangan yang rusak sebanyak 10 kelas, yang merupakan bangunan lama sejak 1984 dan hingga kini belum ada perbaikan," ujarnya.
Ia mengakui, sekolah memang mendapatkan tambahan ruang kelas baru, yang diperuntukan bagi Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP LB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA LB), mengingat banyaknya lulusan yang tidak tertampung di jenjang pendidikan selanjutnya.
"Kita sangat memerlukan bangunan baru, karena ini diperuntukan bagi penyandang disabilitas atau cacat, dan memerlukan perhatian khusus," jelasnya.
Ia menambahkan, pihaknya sudah menyurati Dinas Banjarmasin hingga Kementerian Pendidikan, namun tidak ada tanggapannya terhadap bangunan sekolah yang hampir runtuh tersebut. "Kita sudah berusaha melaporkan kondisi ini, namun tidak ada tanggapannya," demikian Salamah.