Jakarta (Antaranews Kalsel) - Malaysia akan kembali menjadi tuan rumah ajang Shell Eco-marathon Asia (SEM Asia) 2019 yang merupakan bagian dari program global "Make the Future Live".
Bertempat di Sirkuit Internasional Sepang, Kuala Lumpur, kompetisi tersebut akan digelar di tempat pertama kali SEM Asia diadakan pada 2010.
Ajang tahun ini sekaligus menandai 10 tahun diselenggarakannya kompetisi yang menantang para mahasiswa untuk mendesain dan merakit beragam mobil hemat energi dan berkompetisi di lintasan balap.
"Setiap tahun, kami menyaksikan standar performa tim yang semakin meningkat, begitu juga semangat dan kegigihan para mahasiswa peserta Shell Eco-marathon Asia," kata Direktur Teknis Shell Eco-marathon Global Shanna Simmons seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Antara, Senin.
"Sirkuit Internasional Sepang di Malaysia adalah lokasi sempurna yang akan menjadi saksi lahirnya berbagai inovasi baru desain kendaraan. Kami menantikan kembali tahun yang menarik di ajang Shell Eco-marathon Asia," tambahnya.
Di acara Shell Eco-marathon Mileage Challenge yang berlangsung pada 29 April hingga 2 Mei itu, lebih dari 100 tim dari seluruh kawasan di Asia dan Timur Tengah akan menguji mobil-mobil hemat energi rakitan mereka untuk menentukan siapa yang dapat menempuh jarak terjauh dengan konsumsi energi paling sedikit.
Pada 2018, ketika Singapura menjadi tuan rumah, tim pemenang berhasil melaju sejauh 2.341 kilometer--setara dengan jarak Jakarta-Bangkok, Thailand --dengan menggunakan satu liter bahan bakar.
Baca juga: Cara Shell ekspansi jaringan pengisian daya kendaraan listrik
Baca juga: Alasan mengapa supercar perlu pelumas khusus
Partisipasi Indonesia
Para tim mahasiswa juga memiliki kesempatan bertanding di ajang Shell Eco-marathon Driver’s World Championship.
Ajang yang pertama kali diperkenalkan di program Shell Eco-marathon 2016 ini, menantang tim-tim UrbanConcept terbaik untuk memadukan tingkat efisiensi energi kendaraan mereka dengan kecepatan dan keahlian pengemudi di lintasan balap guna menentukan siapa yang tercepat mencapai garis finis dengan konsumsi bahan bakar paling efisien.
Tim-tim pemenang akan berkesempatan bertanding di London melawan para penantang dari kawasan Eropa dan Amerika.
Tahun lalu, ITS Team 2 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya berhasil menjadi pemenang Drivers’ World Championship. ITS Team 2 merupakan tim Asia kedua yang menjuarai ajang yang telah berlangsung selama tiga tahun tersebut.
Sementara itu, Bumi Siliwangi 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung menjadi tim dari Asia dan Indonesia pertama yang menjuarai Drivers’ World Championship 2016, dengan mengalahkan tim dari Amerika dan Eropa.
Indonesia akan kembali berpartisipasi di Shell Eco-marathon Asia, dengan menghadirkan 28 mobil masa depan dari 22 universitas, yang akan bertanding untuk meraih gelar mobil paling hemat energi.
Indonesia berpartisipasi di kategori sumber energi hidrogen untuk pertama kali di Shell Eco-marathon Asia 2012.
Pada SEM Asia tahun ini, Bumi Siliwangi I dari Universitas Pendidikan Indonesia dan ITS Team5 akan mewakili Indonesia di kategori UrbanConcept.
"Seiring dengan perkembangan transisi energi, kami harus terus meningkatkan kualitas bahan bakar dan pelumas Shell untuk memastikan tercapainya efisiensi maksimum pada mesin konvensional. Dan seiring berjalannya waktu, berbagai bahan bakar baru akan semakin penting bagi Shell," jelas Presiden Direktur dan Country Chairman Shell Indonesia Darwin Silalahi
"Melalui Shell Eco-marathon Asia, kami ingin mendorong ratusan anak muda Indonesia yang bertalenta untuk berperan besar dalam mencari inovasi baru untuk mendapatkan beragam solusi," tuturnya.
Sebanyak 11 dari 28 kendaraan hemat energi yang dibawa oleh tim mahasiswa Indonesia berbahan bakar baterai listrik.
Sejak kemenangan Tim Bumi Siliwangi 4 di ajang Drivers’ World Championship pada 2016, melalui kendaraan bertenaga baterai listrik, Indonesia telah mencatat pertumbuhan penggunaan energi bertenaga baterai listrik di antara para tim yang berpartisipasi di Shell Eco-marathon Asia.
Generasi muda Indonesia merasa percaya diri dan memiliki ketertarikan dalam pengembangan kendaraan listrik. Hal ini merupakan aset berharga bagi Indonesia seiring dengan Keputusan Presiden tentang kendaraan listrik yang ditargetkan akan berlaku pada kuartal pertama 2019.
"Kami benar-benar bangga karena sejak ajang SEM Asia di tahun 2010, tim mahasiswa Indonesia telah memimpin kategori kendaraan mesin pembakaran dalam, dan telah mulai pula memimpin kategori kendaran listrik. Kami yakin pengalaman mereka di Shell Eco-marathon ini akan memberikan kontribusi pada peningkatan kapasitas dan mobilitas yang lebih cerdas dan lebih bersih di masa depan di Indonesia," tambah Darwin.
Baca juga: Pelumas Shell diklaim cocok untuk kendaraan berat biodiesel
Baca juga: Mahasiswa UGM juara inovasi teknologi internasional
Baca juga: Tim Sapuangin dari ITS Team 2 Surabaya juara DWC di London
Bertempat di Sirkuit Internasional Sepang, Kuala Lumpur, kompetisi tersebut akan digelar di tempat pertama kali SEM Asia diadakan pada 2010.
Ajang tahun ini sekaligus menandai 10 tahun diselenggarakannya kompetisi yang menantang para mahasiswa untuk mendesain dan merakit beragam mobil hemat energi dan berkompetisi di lintasan balap.
"Setiap tahun, kami menyaksikan standar performa tim yang semakin meningkat, begitu juga semangat dan kegigihan para mahasiswa peserta Shell Eco-marathon Asia," kata Direktur Teknis Shell Eco-marathon Global Shanna Simmons seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Antara, Senin.
"Sirkuit Internasional Sepang di Malaysia adalah lokasi sempurna yang akan menjadi saksi lahirnya berbagai inovasi baru desain kendaraan. Kami menantikan kembali tahun yang menarik di ajang Shell Eco-marathon Asia," tambahnya.
Di acara Shell Eco-marathon Mileage Challenge yang berlangsung pada 29 April hingga 2 Mei itu, lebih dari 100 tim dari seluruh kawasan di Asia dan Timur Tengah akan menguji mobil-mobil hemat energi rakitan mereka untuk menentukan siapa yang dapat menempuh jarak terjauh dengan konsumsi energi paling sedikit.
Pada 2018, ketika Singapura menjadi tuan rumah, tim pemenang berhasil melaju sejauh 2.341 kilometer--setara dengan jarak Jakarta-Bangkok, Thailand --dengan menggunakan satu liter bahan bakar.
Baca juga: Cara Shell ekspansi jaringan pengisian daya kendaraan listrik
Baca juga: Alasan mengapa supercar perlu pelumas khusus
Partisipasi Indonesia
Para tim mahasiswa juga memiliki kesempatan bertanding di ajang Shell Eco-marathon Driver’s World Championship.
Ajang yang pertama kali diperkenalkan di program Shell Eco-marathon 2016 ini, menantang tim-tim UrbanConcept terbaik untuk memadukan tingkat efisiensi energi kendaraan mereka dengan kecepatan dan keahlian pengemudi di lintasan balap guna menentukan siapa yang tercepat mencapai garis finis dengan konsumsi bahan bakar paling efisien.
Tim-tim pemenang akan berkesempatan bertanding di London melawan para penantang dari kawasan Eropa dan Amerika.
Tahun lalu, ITS Team 2 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya berhasil menjadi pemenang Drivers’ World Championship. ITS Team 2 merupakan tim Asia kedua yang menjuarai ajang yang telah berlangsung selama tiga tahun tersebut.
Sementara itu, Bumi Siliwangi 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung menjadi tim dari Asia dan Indonesia pertama yang menjuarai Drivers’ World Championship 2016, dengan mengalahkan tim dari Amerika dan Eropa.
Indonesia akan kembali berpartisipasi di Shell Eco-marathon Asia, dengan menghadirkan 28 mobil masa depan dari 22 universitas, yang akan bertanding untuk meraih gelar mobil paling hemat energi.
Indonesia berpartisipasi di kategori sumber energi hidrogen untuk pertama kali di Shell Eco-marathon Asia 2012.
Pada SEM Asia tahun ini, Bumi Siliwangi I dari Universitas Pendidikan Indonesia dan ITS Team5 akan mewakili Indonesia di kategori UrbanConcept.
"Seiring dengan perkembangan transisi energi, kami harus terus meningkatkan kualitas bahan bakar dan pelumas Shell untuk memastikan tercapainya efisiensi maksimum pada mesin konvensional. Dan seiring berjalannya waktu, berbagai bahan bakar baru akan semakin penting bagi Shell," jelas Presiden Direktur dan Country Chairman Shell Indonesia Darwin Silalahi
"Melalui Shell Eco-marathon Asia, kami ingin mendorong ratusan anak muda Indonesia yang bertalenta untuk berperan besar dalam mencari inovasi baru untuk mendapatkan beragam solusi," tuturnya.
Sebanyak 11 dari 28 kendaraan hemat energi yang dibawa oleh tim mahasiswa Indonesia berbahan bakar baterai listrik.
Sejak kemenangan Tim Bumi Siliwangi 4 di ajang Drivers’ World Championship pada 2016, melalui kendaraan bertenaga baterai listrik, Indonesia telah mencatat pertumbuhan penggunaan energi bertenaga baterai listrik di antara para tim yang berpartisipasi di Shell Eco-marathon Asia.
Generasi muda Indonesia merasa percaya diri dan memiliki ketertarikan dalam pengembangan kendaraan listrik. Hal ini merupakan aset berharga bagi Indonesia seiring dengan Keputusan Presiden tentang kendaraan listrik yang ditargetkan akan berlaku pada kuartal pertama 2019.
"Kami benar-benar bangga karena sejak ajang SEM Asia di tahun 2010, tim mahasiswa Indonesia telah memimpin kategori kendaraan mesin pembakaran dalam, dan telah mulai pula memimpin kategori kendaran listrik. Kami yakin pengalaman mereka di Shell Eco-marathon ini akan memberikan kontribusi pada peningkatan kapasitas dan mobilitas yang lebih cerdas dan lebih bersih di masa depan di Indonesia," tambah Darwin.
Baca juga: Pelumas Shell diklaim cocok untuk kendaraan berat biodiesel
Baca juga: Mahasiswa UGM juara inovasi teknologi internasional
Baca juga: Tim Sapuangin dari ITS Team 2 Surabaya juara DWC di London
Editor: Heppy Ratna Sari