im Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Koordinator Wilayah 08 Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Kalimantan Selatan selama penelitian dan penjelajahan dilapori warga adanya penemuan seekor satwa langka macan dahan (Neofelis nebulosa diardi).
Keberadaan Macan Dahan dilaporkan Aliudin dengan menunjukan beberapa foto yang diambil menggunakan telepon seluler, demikian email yang disampaikan Mayor Sus Komaruddin Pajarah Sub Korwil 08/HST, kepada ANTARA di Banjarmasin, Rabu.
Minggu (10/6) pukul 15.00 WITA, Aliudin (19) warga Kampung Juhu melaporkan keberadaan Macan Dahan kepada Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 di Poskotis Sub Korwil 08/HST Desa Murung B Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Keberadaan macan dahan dilaporkan Aliudin dengan menunjukan beberapa foto yang diambil menggunakan telepon seluler.
"Foto ini saya ambil Hari Minggu (10/6), pakai handphone kakak saya, saya sengaja datang kesini untuk menyampaikannya kepada bapak-bapak" kata Aliudin.
Menurut Dr Ir Abdul Haris Mustari MSc, dosen pada Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, yang tergabung dalam tim peneliti Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Sub Korwil 08/HST mengatakan foto yang ditunjukan warga Juhu itu merupakan Macan Dahan (Neofelis nebulosa).
Penyebaran satwa tersebut meliputi Pegunungan Himalaya, Cina bagian selatan dan Taiwan ke Selatan menuju semenanjung Malaysia, sedangkan di Indonesia sendiri ada di Sumatera dan Kalimantan, yang ada di foto itu merupakan Macan Dahan sub spesies endemik Kalimantan yang sangat langka dan dilindungi pemerintah, nama latinnya adalah Neofelis nebulosa diardi.
Selanjutnya dijelaskan Haris macan dahan adalah jenis kucing terbesar di Kalimantan, sehingga menjadi predator puncak (top predator) di pulau ketiga terbesar di dunia ini.
Karena itu peran ekologisnya sangat penting karena berperan menjaga keseimbangan populasi satwa mangsa seperti Babi Hutan Berjanggut (Sus barbatus), Kijang Muncak (Muntiacus muntjak), Sambar/Payau (Rusa unicolor).
Jenis mangsa lainnya yaitu berbagai jenis primata seperti Lutung (Presbytis cristata), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Kelasi Merah (Presbytis rubicunda).
Macan dahan juga memangsa berbagai jenis satwa pengerat (Rodentia), seperti Landak, Tupai, dan Tikus hutan.
Macan dahan memiliki ukuran tubuh panjang dari ujung hidung sampai ujung ekor 1,5 meter atau lebih. Warna bervariasi dari coklat pasir sangat pucat sampai sangat gelap dan memiliki pola bercak-bercak seperti awan pada sisi tubuh, sehingga disebut Clouded Leopard.
Macan dahan memiliki kharakteristik khas dibandingkan dengan jenis kucing lainnya (Famili Felidae), yaitu gigi-gigi taring atas relatif sangat besar dibandingkan dengan ukuran tengkoraknya.
Terdapat tiga ras macan dahan yaitu pola umum (foto di Juhu), dimana pola tubuh coklat pasir bercak-bercak seperti awan, kedua warna agak pucak, dan ketiga warna sangat gelap, meskipun dengan pola bercak/loreng yang sama dengan ras pertama dan kedua, jelas Haris.
Haris menambahkan macan dahan aktif terutama malam hari (nocturnal) dan hidup di tajuk-tajuk pohon (arboreal), meskipun juga kadang dijumpai aktif siang hari dan mencari mangsa di lantai hutan. Habitat utama macan tutul adalah hutan primer, yaitu hutan yang relatif belum terjamah manusia dan memiliki pohon-pohon yang tinggi sebagai tempat berlindungnya (cover).
Macan Dahan hidup soliter dan kadang dijumpai berpasangan, karena itu keberadaan macan dahan sangat tergantung akan adanya hutan primer yang masih sehat, seperti yang ada di Pegunungan Meratus.
"Populasi satwa ini sangat langka karena kerusakan habitat, konversi hutan menjadi peruntukan lain (pemukiman, pertanian, pertambangan), serta perburuan liar untuk diambil taring, kulit dan menjadi koleksi/spesiemen. Macan dahan dilindungi oleh Pemerintah RI berdasarkan PP 7 Tahun 1999, mengenai jenis satwa dan tumbuhan yang dilindungi oleh pemerintah.
 Karena itu satwa ini harus dilindungi untuk menjaga keseimbangan ekosistem/D/D