Barabai, (Antaranews Kalsel) - Rudini Efendi (27) merupakan seorang pemuda dari desa Taras Padang Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang sukses sebagai pengrajin kain sasirangan.
Bersama-sama dengan kelompok usaha di bawah binaan Dekranasda Kabupaten HST, sasirangan olahannya di pesan oleh Pemerintah Kabupaten HST sebanyak 700 potong untuk acara puncak hari jadi Kabupaten pada 24 Desember mendatang.
Ditemui di rumahnya yang juga merupakan tempat usaha mengembangkan Sasirangan di Desa Taras Padang RT 05 RW 03 Selasa (28/11) Rudini yang hanya seorang Alumni Pesantren menceritakan belajar sasirangan dan membuka usahanya sejak tahun 2014 dengan modal awal hanya Rp500 Ribu.
Modal tersebut diperolehnya dari uang saku pelatihan sasirangan yang langsung dibelikannya bahan, alat dan pewarna sasirangan untuk belajar memproduksi sendiri.
Menurutnya setelah berhasil mengolah sendiri sasirangan akhirnya memberanikan diri untuk memasarkan yang awalnya ke Sekolah-sekolah dan Dinas-dinas.
"Karena belum cukup banyak modal maka setiap ada pesanan sasirangan kita meminta uang muka separo kepada konsumen untuk biaya produksi," katanya.
Di setiap ada event dan pameran menurutnya selalu ikut untuk mempromosikan sasirangan miliknya sampai Ke Jakarta dengan brand "Sukma Sasirangan" dari Desa Taras Padang.
"Alhamdulillah sekarang kita sudah berkembang dan pesananpun sudah banyak tidak hanya permintaan dari pasar-pasar di Barabai tetapi juga dari luar Daerah," katanaya.
Saat ini Pemuda yang sudah dikaruniai Dua orang anak ini menjelaskan dalam sebulan biasanya memproduksi sasirangan dari 70 sampai 150 lembar dengan harga perlembarnya dari ukuran Dua meter adalah Rp100 Ribu.
"Dalam proses pembuatan kain sasirangan ini yang lama adalah merajut dan kami melakukan pelatihan kepada warga sekitar untuk belajar merajut dan setelah bisa mereka kami beri upah Rp7 ribu hingga Rp25 ribu perlembar tergantung tingkat kesulitan motif sasirangan," katanya.
Pada proses pewarnaan Dia melakukan sendiri yang dalam satu hari melakukan pewarnaan 5 sampai 10 lembar karena masih menggunakan alat-alat sederhana.
"alhamdulillah omset bersih kita sekarang sekitar Rp5-10 juta lebih perbulannya dan juga bisa menyerap tenaga kerja dari warga-warga sekitar," katanya.
Karena merupakan suatu kesenian dan kebudayaan maka menurutnya potensi usaha sasirangan ini tidak akan pernah mati malah akan terus berkembang.
"Kami berharap Pemerintah Daerah terus mendukung dan memberikan pembinaan untuk menambah keahlian serta promosi agar usaha kecil menengah ini tidak mati khususnya di Kabupaten HST," harapnya.
Bersama konveksi milik ibunya Sri Sukma Hartati sekarang Dia fokus dalam meningkatkan produksi dan mengembangkan motif sasirangan kreasi sendiri dan satu-satunya di HST yang memproduksi mukena dari sasirangan.
"Kita juga sekarang sedang giat-giatnya mempromosikan sasirangan melalui media-media online dan mudah-mudahan dapat menembus pasar Nasional," katanya.
