Kepala Kanwil DJPb Kalsel Catur Ariyanto Widodo di Banjarmasin, Senin, mengatakan kondisi tersebut menandakan fiskal daerah tetap stabil dengan kinerja positif, dengan pertumbuhan ekonomi yang melampaui rata-rata nasional (5,04 persen), serta pengelolaan anggaran yang efektif.
Baca juga: Pembiayaan UMi di Kalsel capai Rp63,76 miliar hingga November
“Pertumbuhan tersebut didukung sektor utama seperti pertambangan, pertanian, dan industri pengolahan, sehingga mampu menjaga momentum ekonomi daerah di tengah dinamika global,” ujar dia.
Dari sisi fiskal, Catur menjelaskan realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Kalsel telah mencapai 89,06 persen dari pagu. Sedangkan penyaluran Transfer ke Daerah (TKD) tercatat dominan sebesar Rp29,43 triliun.
“Selain APBN, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga menunjukkan surplus yang relatif tinggi, mencerminkan ruang fiskal yang kuat untuk mendorong percepatan pembangunan daerah,” ucapnya.
DJPb Kalsel juga mencatat dukungan terhadap sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terus berjalan efektif melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan pembiayaan Ultra Mikro (UMi) bagi para pelaku usaha.
“Pembiayaan KUR dan UMi ini sebagai komitmen pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Catur.
Baca juga: Penyaluran KUR di Kalsel tembus Rp4,61 triliun hingga November
Dari sisi eksternal, ia mengungkapkan neraca perdagangan surplus sebesar 988,28 juta dolar AS, meskipun mengalami kontraksi 20,92 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Nilai ekspor pada November tercatat sebesar 1.121,44 juta dolar AS, sementara impor mencapai 133,16 juta dolar AS.
Untuk tingkat inflasi, kata Catur, tercatat sebesar 3,35 persen (yoy) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 110,22, lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang berada pada level 2,72 persen (yoy). Secara bulanan, inflasi Kalsel mencapai 0,73 persen, sedangkan nasional sebesar 0,17 persen.
Menurut dia, tekanan inflasi terutama dipicu kenaikan harga emas perhiasan, terong, dan beras, sedangkan sejumlah komoditas, seperti daging ayam ras, bahan bakar rumah tangga, dan mangga memberikan andil deflasi sehingga menahan laju inflasi lebih lanjut.
“Secara keseluruhan kinerja ekonomi dan fiskal Kalsel tetap berada pada jalur yang sehat dan terkendali, menjadi modal penting dalam menjaga stabilitas dan kesinambungan pembangunan daerah,” ujar Catur.
Baca juga: TKD Kalsel capai 84,18 persen dari Rp30,55 triliun per Oktober
