Banjarmasin yang menjadi ibu kota provinsi Kalimantan Selatan yang dijuluki "Kota Seribu Sungai" memiliki wilayah seluas 98,46 km, dan wilayahnya merupakan delta atau kepulauan yang terdiri atas sekitar 25 buah pulau kecil (delta) yang dipisahkan oleh sungai-sungai.
Di antaranya Pulau Tatas, Pulau Kelayan, Pulau Rantauan Keliling, serta Pulau Insan.
Menurut sejarah, Banjar Masih (Banjarmasin) sebelum 1526 adalah sebuah nama kampung yang terletak di bagian utara muara Sungai Kuin, yaitu kawasan Kelurahan Kuin Utara dan Alalak Selatan saat ini.
Kampung Banjar Masih terbentuk oleh lima aliran sungai kecil, yaitu sungai Sipandai, Sungai Sigaling, Sungai Keramat, Sungai Jagabaya dan Sungai Pangeran yang semuanya bertemu membentuk sebuah danau.
Kata banjar berasal dari bahasa Melayu yang berarti kampung atau juga berarti berderet-deret sebagai letak perumahan kampung berderet sepanjang tepian sungai.
Kala itu sungai bisa dikatakan sebagai magnet bagi masyarakat, bisa untuk sarana transportasi, menggantungkan kehidupan karena menjadi tempat untuk mencari nafkah, dengan menangkap ikan untuk konsumsi sendiri dan dijual untuk menutupi kebutuhan lainnya, serta mengambil upah mengantarkan orang lain dengan membawa perahu/kapal.
Bahkan sungai bagi sebagian besar masyarakat kala itu menjadi kawasan tempat tinggal yang nyaman, sehingga muncullah kelompok-kelompok masyarakat yang membangun tempat tinggal mereka di tepian sungai.
Tempat tinggal atau rumah berdekatan dengan sungai memiliki banyak manfaat, terutama bisa memudahkan banyak urusan, mulai dari urusan buang hajat, mandi, mencuci, mencari nafkah, sumber air baku perusahaan daerah air minum, hingga transportasi.
Karena begitu pentingnya sungai bagi masyarakat di Banjarmasin, maka mereka mengabadikannya dengan menamakan satu perkampungan atau jalan dengan nama sungai.
Seiring dengan perkembangan zaman, fungsi sungai mulai bergeser, hal itu disebabkan banyak faktor, di antaranya kualitas air sungai terus turun dan tercemar akibat aktivitas pertambangan di sungai bagian hulu, serta sungai jadi tempat pembuangan sampah bagi sebagian warga.
Keberadaan sungai menjadi faktor utama sebagai jalur transportasi air yang cukup padat, mulai dari perahu kecil/ tradisional tanpa mesin hingga kapal yang berbobot mati ribuan metrik ton, baik yang membuka rute lokal hingga luar negeri.
Namun di sisi lain, manfaat sungai bagi sebagian masyarakat mulai berkurang, terutama mereka yang memanfaatkan air sungai untuk mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya.
Ditinggalkan.
Masyarakat yang mulai melek teknologi dan informasi kini mulai berkurang memanfaatkan air sungai, karena tidak mau menerima dampak buruk dari turunnya kualitas air, baik yang disebabkan oleh aktivitas masyarakat maupun akibat dari perubahan alam, sehingga sungai mulai ditinggalkan.
Kondisi tersebut bertambah parah manakala sungai tidak dipelihara, dan tidak ada yang peduli terhadapnya.
Kondisi tersebut membuat banyak pihak merasa terpanggil untuk melakukan perbaikan dan berusaha untuk mengembalikan fungsi sungai, bisa memberikan banyak kemaslahatan bagi banyak umat, terutama mereka yang tinggal di sekitarnya.
Berawal dari sebuah keprihatinan itulah, sebuah organisasi yang anggotanya kaum Hawa yakni, Srikandi Sungai Indonesia (SSI) yang merupakan forum wanita dari berbagai latar belakang profesi antara lain akademisi, pemerintah, masyarakat dan swasta.
Mereka bersinergi dibawah pembinaan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam menghidupkan kembali peradaban sungai diera global.
Untuk pertama telah dikukuhkan Srikandi Sungai Indonesia region Kalimantan Selatan, Amalia Rezeki yang juga dikenal sebagai akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.
Pengukuhan dosen S-1 pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ULM sebagai Srikandi Sungai Indonesia oleh guru besar Universitas Gajah Mada Prof. Dr Woro Suprojo, M. Sc yang merupakan pemrakarsa pendirian SSI.
Amalia Rezeki dikukuhkan di Gedung Abdi Persada Kantor Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan dalam rangkaian Konggres Sungai Indonesia III di Banjarnasin.
"Alhamdulillah hari ini kita telah menyaksikan pengukuhan Srikandi Sungai Indonesia region Kalimantan Selatan," ujar Prof. Suratman usai melakukan pengukuhan Srikandi Sungai Indonesia region Kalsel dan 4 kabupaten kota.
Ia berharap hadirnya SSI ini akan memberi pengaruh positif dalam upaya kelestarian sungai dan pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan dalam turut menjaga sanitasi dan kesehatan lingkungan sungai.
Amalia Rezeki yang juga Ketua Pusat Studi dan Konservasi keanekaragaman Hayati Indonesia (Biodiversitas Indonesia) 2010 hingga sekarang itu menjelaskan, bahwa Srikandi sungai berkomitmen menjaga kelestarian sungai. Melalui kegiatan memelihara kebersihan sungai.
Memberdayakan perempuan melalui ekonomi kreatif dan kesehatan anak disekitar sungai, ujar Ketua Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) itu.
Secara nasional Srikandi Sungai juga berkomitmen bekerja dan berjuang dalam Program " Three Ends", yaitu ; Akhiri kekerasan pada perempuan dan anak. Akhiri perdagangan manusia. Dan akhiri ketidakadilan akses ekonomi untuk perempuan.
Amalia Rezeki yang juga Sekretaris Indonesia Native Orchid Society (INOS) mulai 2010 hingga sekarang itu, sudah tidak asing lagi bagi dunia lingkungan di Kalimantan Selatan.
Dosen muda dari ULM yang juga menjabat Sekretaris Masyarakat Peduli Sungai (MELINGAI) sejak 2015 ini sudah malang melintang pada kegiatan lingkungan khususnya konservasi sungai.
Dalam upayanya melakukan pelestarian bekantan satwa ikon kebanggaan Provinsi Kalimantan Selatan ini, melalui Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia ia menggerakkan aksi penanaman pohon "Gerakan Sejuta Rambai" ( Sonneratia caseolaris) dalam rangka perbaikan habitat dan ekosistem sungai serta pelestarian bekantan.
Yang kemudian menghantarkannya sebagai peraih "She Can Awards 2015" penghargaan di bidang wanita pelestari lingkungan di Jakarta.
Amalia Rezeki peraih gelar Kehormatan "PUSPAWANA" dari Kasultanan Kerajaan Banjar Atas dasar Dedikasi terhadap Pelestarian Fauna Khas yang diselenggarakan pada 31 Oktober 2015.
Serta anugerah Wanita Inspiratif Indonesia "She Can Award 2015" Kategori lingkungan penyelamat bekantan yang diselenggarakan pada 04 Desember 2015, tak henti-hentinya memberikan semangat kepada masyarakat untuk selalu menjaga sungai agar tetap memberikan manfaat lebih banyak lagi bagi masyarakat.