Batulicin (ANTARA) - Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 kasus stunting di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan turun hingga 3,5 persen.
Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan KB Erly Yuli Susanti diwakili Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesejahteran Keluarga, Nur Rochmat, di Batulicin Rabu mengatakan, saat ini jumlah anak yang beresiko stunting mencapai 635 anak dan Ibu hamil yang beresiko melahirkan anak stunting mencapai 428 orang.
Baca juga: Prevalensi stunting di Tanah Bumbu turun jadi 21,6 persen
"Totalnya mencapai 1063 orang, dan pemerintah daerah terus melakukan intervensi untuk menekan angka tersebut dengan menggencarkan program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting)," katanya.
Dia mengatakan, penurunan prevalensi tersebut mencerminkan keberhasilan sejumlah langkah intervensi yang telah dijalankan.
Pemerintah daerah menargetkan penurunan prevalensi stunting menjadi 20,74 persen pada 2025 dan mencapai 16,91 persen pada 2030 sebagaimana tertuang dalam RPJMD 2025–2029.
Ia menegaskan pentingnya akselerasi dan sinergi semua pihak untuk mencapai target tersebut, mengingat stunting berkaitan erat dengan kualitas masa depan generasi muda.
Nur Rochmat melanjutkan, untuk melakukan pencegahan stunting pemerintah daerah juga melakukan kolaborasi lintas sektor, serta menjalin komitmen bersama.
Diantaranya menjalin Kerjasama dengan TNI Polri, Kejaksaan, perusahaan dan Yayasan sebagai orang tua asuh mencegah stunting.
Melalui pelaksanaan aksi konvergensi telah mendorong penguatan data sasaran, intervensi terhadap 31 indikator cakupan layanan , serta peningkatan peran kecamatan dan desa.
Baca juga: DKP3 Balangan cegah stunting melalui B2SA goes to school
"Kami juga menyambut baik inovasi dari pemerintah pusat seperti penguatan transformasi digital aksi konvergensi, dan pengembangan aplikasi web aksi bangda terintegrasi, yang akan mempercepat koordinasi dan pelaporan," tutupnya.
