Hulu Sungai Tengah Kalsel (ANTARA) - Harga kelapa di pasaran Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan (HST Kalsel) sempat mengalami kenaikan sampai tiga kali lipat atau 300 persen.
Kenaikan harga kelapa yang sangat tinggi menjadi keluhan masyarakat setempat, terutama bagi mereka yang mau melaksanakan "aruh" (kenduri), ujar Hamidah, seorang perempuan Desa Aluan Mati Kecamatan Batu Benawa HST ketika dikonfirmasi, Senin.
Baca juga: Embung di HST dianggap berfungsi kurang maksimal
Nenek dari lima cucu itu menerangkan, kenaikan harga kelapa tersebut sejak menjelang lebaran Idul Fitri 1446 Hijriah/2025 dan sampai saat ini masih tetap "larang" (mahal).
Harga kelapa per biji (ukuran relatif besar) di pasaran "Bumi Murakata" HST pada H-1 mencapai Rp20.000 yang sebelumnya cuma sekitar Rp5.000,00.
"Oleh karenanya buat aruh terpaksa hemat santan kelapa. Yang penting ada pakai santan," ujar Midah yang juga membuka "catering" (menerima pesanan masakan khas daerah Banjar).
Sementara, Nasir, seorang pebisnis kelapa Bumi Murakata HST mengatakan, mahalnya harga kelapa karena tingkat produksi barang dagangan tersebut berkurang/menurun.
Baca juga: Puluhan ribu wisatawan padati wisata alam HST selama libur lebaran
Selain itu, banyak kelapa dari Kalsel dikirim keluar daerah seperti ke Pulau Jawa sebagai bahan baku pabrik "kara" (santan olahan/pabrikan), ujar santri keluaran Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Martapura Kabupaten Banjar Kalsel tersebut.
"Hal lain yang juga turut mempengaruhi tingkat produktivitas kelapa tua, karena pada bulan puasa Ramadhan lalu (1446 H) banyak penjualan selagi masih muda," lanjut laki-laki yang membuka usaha pemarudan kelapa secara mekanik di Barabai (165 km utara Banjarmasin) ibukota HST itu.
Sedangkan tingkat peremajaan tanaman kelapa di Bumi Murakata HST serta daerah sekitar seperti Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) belum maksimal.
"Sementara ini kebutuhan kelapa buat warga Banua banyak dari Tamban Kabupaten Barito Kuala (Batola) Kalsel," demikian Nasir.
Sebagai catatan, pengembangan tanaman atau perkebunan kelapa di Tamban sejak penempatan transmigrasi dari Jawa tahun 1950-an.
Selain kelapa, Tamban atau Kecamatan Tamban dan Kecamatan Mekar Sari Batola tersebut juga nenas yang hingga 1980-an "kanas" (nenas) Tamban mewarnai pasaran nenas di Kalsel terutama Kota Banjarmasin.
Baca juga: "Blas" tidak buat petani HST Kalsel mundur atau pasrah