"Sekitar 52 persen sampah yang ada saat ini merupakan sampah organik," ujarnya di Banjarmasin, Jumat.
Baca juga: Banjarmasin matangkan perencanaan pengadaan tanah lahan
Baca juga: Banjarmasin matangkan perencanaan pengadaan tanah lahan
Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk di kota ini, kata dia, produksi sampah dari masyarakat juga terus naik, hingga kini sudah lebih 600 ton per harinya.
Dikatakan dia, sampah organik di kota ini melebihi 300 ton per harinya, di mana ini jadi masalah jika dibuang semuanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih di Banjarmasin Selatan.
Untuk minimalisir ke TPA tersebut, ungkap Alive, hingga kini digalakkan pengolahan sampah organik yang bisa bermanfaat.
"Yang baru-baru ini digalakkan membuat sampah organik jadi pakan maggot," ungkapnya.
Salah satunya untuk pakan maggot atau larva untuk pakan ternak itu di rumah maggot di TPA Basirih.
Baca juga: Wali Kota Banjarmasin klaim inflasi terendah di Kalimantan
Baca juga: Wali Kota Banjarmasin klaim inflasi terendah di Kalimantan
"Sebagian masyarakat juga mulai banyak membudidayakan maggot ini, kita lakukan kerjasama," paparnya.
Pembudidayaan maggot ini terinspirasi dari Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) atau TPS 3R di Tanjung Pagar.
"Selain dimanfaatkan juga sampah organik ini untuk pupuk," tuturnya.
Alive mengakui, untuk penanganan sampah di kota ini memang penuh perjuangan, khususnya untuk membuat masyarakat agar tertib membuang sampah pada tempat dan waktunya.
"Kita juga masih kekurangan truk angkut sampah, hingga memang penanganan ratusan ton sampah tiap harinya ini harus dilakukan maksimal," ujarnya.
Baca juga: DPRD Banjarmasin 2024-2024 susun pimpinan dan AKD