Halidi Sikal, sang pawang api dari selatan Kalimantan
Rabu, 2 Oktober 2024 20:49 WIB
Kalau kebakaran, kita buatkan parit untuk sekat lahan, kalau sudah terlalu besar kita diminta melaporkan ke PT SAM,
"Kalau kebakaran, kita membuat parit untuk sekat lahan, kalau sudah terlalu besar kita diminta melaporkan ke PT SAM,” ujar Halidi.
Halidi menjelaskan tiga metode yang biasa digunakan untuk menanggulangi karhutla, yakni membangun sekat bakar berupa parit sebagai pembatas agar kebakaran tidak menyebar ke lahan pertanian sekitar.
Kemudian, memadamkan kebakaran dengan menggunakan alat pemadam kebakaran ringan berupa pompa portable (Robin).
Lalu, membangun kanal untuk menjaga ketersediaan air yang digunakan sebagai sumber pertanian, dan juga pemadaman karhutla selama musim kemarau.
“Tiap ada api, pasti kita lapor sama Pak Rezza (Asisten Fire PT SAM). Kalau masih bisa kita atasi, kita padamkan sendiri pake pompa yang dikasih PT SAM," ungkapnya.
Begitupun, kalau api sudah terlalu besar, pihaknya memanggil tim dengan minta bantuan ke PT SAM, petugas yang diturunkan biasanya juga dari Polsek atau Manggala Agni.
Baca juga: Tujuh desa di HSS terdampak karhutla diduga untuk buka lahan pertanian
Kolaborasi petani dan nelayan lokal
Asisten Fire PT SAM Rezza Syahrial mengatakan perusahaan bekerja sama dengan petani dan nelayan lokal, serta instansi terkait dalam pencegahan dan penanggulangan karhutla.
Menurut Rezza, pemantauan karhutla dilakukan secara rutin dengan melakukan patroli gabungan bersama Manggala Agni dan Kepolisian setempat, juga berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) HSS.
“Kesadaran masyarakat kita akan pencegahan karhutla sudah meningkat dalam lima tahun terakhir," ujarnya.
Masyarakat setempat, terutama petani, punya andil besar untuk memantau karena sudah memiliki pengalaman terdampak karhutla.
Saat ini, hampir seluruh masyarakat memiliki rasa tanggung jawab tinggi mengawasi, mencegah atau menanggulangi kebakaran.
PT SAM diketahui saat ini telah membina 13 kelompok peduli api, yang terdiri dari KTPA dan MPA (Masyarakat Peduli Api).
Kolaborasi ini dilakukan selama setahun, antara lain persiapan pembuatan tanggul air, sosialisasi pencegahan dan penanggulangan karhutla, patroli bersama dan pemberdayaan ekonomi.
"Setiap kelompok yang kita bina, termasuk dari kelompok Pak Halidi telah kita bekali alat berupa pompa air portable yang lengkap," tuturnya.