New York (ANTARA) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) karena beberapa spekulan melakukan aksi pembelian kembali minyak yang telah dijual atau "short covering" menjelang akhir pekan dan juga Irak yang menyuarakan dukungan untuk pengurangan minyak OPEC+ menjelang pertemuan dua minggu ini.
Minyak mentah berjangka Brent naik 1,42 dolar AS atau 1,8 persen ke posisi 81,43 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 1,43 dolar AS atau 1,9 persen menjadi 77,17 dolar AS per barel.
Namun, harga minyak tetap stabil dengan penurunan mingguan sebesar 4 persen yang merupakan penurunan mingguan ketiga berturut-turut.
"Ini adalah badai teknis yang sempurna. Kita memasuki minggu ini dengan short position yang hampir memecahkan rekor dan sekarang kita melihat beberapa short covering memasuki akhir pekan," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.
Flynn mencatat bahwa selain Irak, Arab Saudi dan Rusia mengkonfirmasi minggu ini bahwa mereka akan melanjutkan pengurangan produksi minyak hingga akhir tahun.
Di AS, perusahaan energi memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi selama dua minggu berturut-turut ke level terendah sejak Januari 2022, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes. Jumlah rig menunjukkan produksi pada masa depan.
Brent dan WTI mencatat penurunan mingguan ketiga berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Mei, meskipun keduanya secara teknis keluar dari wilayah jenuh jual atau oversold.
"Kekhawatiran terhadap permintaan telah menggantikan ketakutan akan penghentian produksi terkait konflik Timur Tengah,” kata analis di Commerzbank.
Data ekonomi China yang lemah minggu ini meningkatkan kekhawatiran akan melemahnya permintaan. Pabrik penyulingan di China meminta pengurangan pasokan untuk Desember.
Sentimen konsumen AS turun selama empat bulan berturut-turut pada November dan ekspektasi rumah tangga terhadap inflasi kembali meningkat.
Presiden Federal Reserve Bank San Francisco Mary Daly mengatakan belum siap untuk mengatakan apakah The Fed sudah selesai menaikkan suku bunga, senada dengan komentar Ketua Fed Jerome Powell pada Kamis (9/11).
Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi sehingga mengurangi permintaan minyak.
Di Inggris, perekonomian yang mengalami stagnasi gagal tumbuh pada periode Juli hingga September, namun berhasil menghindari resesi, menurut Kantor Statistik Nasional Inggris.
OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, akan bertemu pada 26 November mendatang.
Kementerian Perminyakan Irak mengatakan Baghdad berkomitmen terhadap perjanjian OPEC+ dalam menentukan tingkat produksi.
"Kemungkinan Arab Saudi akan memperpanjang pengurangan produksinya hingga kuartal pertama tahun 2024 pasti meningkat mengingat kekhawatiran pasar terhadap permintaan China dan prospek makro yang lebih luas," kata analis RBC Capital Markets Helima Croft.
Analis di Capital Economics mengatakan OPEC+ mungkin akan mengurangi pasokan lebih jauh jika harga terus turun.
"Kami tetap berpegang pada perkiraan kami bahwa Brent akan berakhir pada tahun ini dan tahun depan pada kisaran 85 dolar AS per barel," kata perusahaan riset itu dalam catatannya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Minyak turun, khawatir permintaan AS-China berkurang
Baca juga: Harga emas turun dipicu komentar hawkish The Fed
Baca juga: Rupiah melemah saat dolar menguat
Penerjemah: N
Editor: Adi Lazuardi