New York (ANTARA) - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) dipicu investor khawatir terhadap permintaan minyak global menyusul lemahnya data dari AS dan Asia.
Minyak mentah berjangka Brent turun 3,76 dolar AS atau 4,6 persen ke posisi 77,42 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 3,76 dolar AS atau 4,9 persen menjadi 72,9 dolar AS per barel.
Baik Brent dan WTI sebelumnya diperdagangkan di level terendah keduanya sejak 7 Juli, masing-masing di 76,6 dolar AS per barel dan 72,16 dolar AS per barel.
Baca juga: Lonjakan stok AS akibatkan harga minyak turun
Kontrak bulan depan WTI dan Brent juga diperdagangkan di bawah kontrak tanggal selanjutnya, sebuah struktur yang dikenal sebagai contango. “Suasananya negatif, grafiknya negatif. Diperlukan sesuatu untuk mengubah mood, dan sampai saat itu tiba, orang-orang akan tetap tenang sampai mereka menyadari bahwa hal itu sudah berlebihan," kata analis Price Futures Group Phil Flynn,
Jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat ke level tertinggi dalam tiga bulan pada minggu lalu. Hal itu menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja terus melemah.
Laporan tersebut muncul setelah data lain yang menunjukkan penjualan ritel AS turun untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan pada Oktober karena pembelian kendaraan bermotor dan belanja masyarakat menurun.
Hal itu menunjukkan melambatnya permintaan pada awal kuartal keempat yang semakin memperkuat ekspektasi Federal Reserve sudah selesai dengan kenaikan suku bunga.
Baca juga: KPI jelaskan strategi penurunan emisi karbon sektor pengolahan minyak
OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan akan terbatasnya pasokan pada kuartal keempat, namun data AS pada Rabu (15/11) menunjukkan persediaan melimpah.
Sementara itu, perkiraan perlambatan produksi kilang minyak di China juga membuat investor mengambil jeda. Produksi minyak berkurang pada Oktober dari nilai tertinggi bulan sebelumnya karena melemahnya permintaan bahan bakar industri dan menyempitnya margin penyulingan.
Namun, aktivitas perekonomian China meningkat pada Oktober karena keluaran atau output industri meningkat lebih cepat dan pertumbuhan penjualan ritel melampaui ekspektasi.
“Penurunan harga saat ini terjadi di tengah latar belakang yang tampaknya menguntungkan, yang menunjukkan bahwa investor tidak percaya pada narasi 'penarikan saham Q4'. Sesuatu yang tidak didukung oleh laporan mingguan EIA baru-baru ini,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
Baca juga: Beijing pastikan jalur pipa migas China-Myanmar aman dari konflik
Ketika konflik Israel-Hamas tampaknya meningkat di Gaza, para pejabat AS pada Rabu (15/11) mengatakan mereka akan menerapkan sanksi minyak terhadap Iran, yang telah lama menjadi pendukung Hamas.
Sumber: Reuters
Penerjemah: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti