New York (ANTARA) - Harga minyak turun lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), di tengah kekhawatiran berkurangnya permintaan di AS dan China.
Minyak mentah berjangka Brent turun 2,07 dolar AS atau 2,5 persen ke posisi 79,54 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 2,04 dolar AS atau 2,6 persen menjadi 75,33 dolar AS per barel. Keduanya menyentuh level terendahnya sejak pertengahan Juli.
"Pasar jelas kurang khawatir terhadap potensi gangguan pasokan di Timur Tengah dan malah fokus pada pelonggaran keseimbangan,” kata analis ING Warren Patterson dan Ewa Manthey dalam sebuah catatan kepada kliennya, merujuk pada kondisi pasokan minyak mentah.
Baca juga: Minyak turun seiring meningkatnya ekspor dari OPEC
Yang juga membebani harga adalah stok minyak mentah AS yang naik hampir 12 juta barel pada pekan lalu, kata sumber pasar pada Selasa (7/11) malam, mengutip angka dari American Petroleum Institute.
Jika terkonfirmasi, itu akan menjadi peningkatan terbesar sejak Februari. Namun, Badan Informasi Energi AS (EIA) telah menunda rilis data persediaan minyak mingguan hingga tanggal 15 November untuk menyelesaikan peningkatan sistem.
Produksi minyak mentah AS akan meningkat tahun ini sedikit lebih rendah dari perkiraan namun konsumsi minyak bumi akan turun sebesar 300.000 barel per hari, kata EIA pada Selasa (7/11), membalikkan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 100.000 barel per hari.
Data dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia, menunjukkan total ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan, sehingga menambah kekhawatiran terhadap prospek permintaan energi.
Di zona euro, data yang menunjukkan penurunan penjualan ritel juga menyoroti lemahnya permintaan konsumen dan prospek resesi.
“Penurunan harga yang kita lihat mencerminkan dua hal. Kekhawatiran terhadap perekonomian global berdasarkan data dari China dan juga rasa percaya diri bahwa perang di Israel dan Jalur Gaza tidak akan berdampak pada pasokan," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.
Baca juga: Proyek utama ladang minyak Fuman di China mulai beroperasi
Namun, impor minyak mentah China pada Oktober menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan gubernur bank sentralnya mengatakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu diperkirakan akan mencapai target pertumbuhan produk domestik brutonya pada tahun ini. Beijing telah menetapkan target pertumbuhan sekitar 5 persen.
Analis dari Goldman Sachs memperkirakan ekspor minyak bersih melalui laut oleh enam negara dari kelompok produsen minyak OPEC akan tetap hanya 600.000 barel per hari, di bawah level bulan April. OPEC telah mengumumkan pengurangan produksi kumulatif sebesar 2 juta barel per hari sejak April 2023.
Rusia, bagian dari kelompok produsen yang dikenal sebagai OPEC+, sedang mempertimbangkan untuk mencabut larangan ekspor beberapa jenis bensin, kantor berita Interfax mengutip pernyataan Menteri Energi Nikolai Shulginov.
Baca juga: Minyak naik usai Arab Saudi-Rusia kurangi produksi hingga akhir tahun
Moskow memberlakukan larangan ekspor bahan bakar pada 21 September untuk mengatasi tingginya harga bahan bakar dalam negeri dan kekurangan bahan bakar. Pemerintah melonggarkan pembatasan pada 6 Oktober, mengizinkan ekspor solar melalui pipa, namun tetap mempertahankan kebijakan ekspor bensin.
Barclays menurunkan perkiraan harga minyak mentah Brent tahun 2024 sebesar 4 dolar AS menjadi 93 dolar AS per barel.
Sumber: Reuters
Penerjemah: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti