Banjarmasin (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan berjuang menurunkan jumlah penderita Tuberkulosis (TBC) yang mencapai 7.556 kasus berdasarkan temuan pada 2022.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin, Izaak Zoelkarnain Akbar di Banjarmasin, Rabu, mengatakan Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengeluarkan instruksi untuk penanganan dan pengobatan penyakit maksimal terhadap kasus TBC pada 2023.
Baca juga: Kalsel temukan 7.556 kasus baru pengidap penyakit TBC
Izaak menyebutkan Pemerintah Provinsi Kalsel berkoordinasi dengan sejumlah fasilitas kesehatan termasuk RSUD Ulin Banjarmasin untuk menangani kasus TBC.
Izaak mengungkapkan RSUD Ulin Banjarmasin sudah menangani pengobatan sebanyak 1.270 kasus TBC.
“Untuk total TBC anak, kami merawat sekitar 320 kasus dan TBC dewasa 950 kasus sepanjang tahun 2022," ujarnya.
Pengobatan dasar terhadap TBC, Izaak menjelaskan pihak puskesmas menangani penderita gangguan paru-paru tersebut, namun kasus yang cukup sulit seperti TB Paru MDR ditangani rumah sakit.
Akan tetapi, kata Izaak, pihaknya tetap terus berkoordinasi dengan puskesmas sekitar untuk menangani kasus TBC ini.
Lalu dalam tiga bulan terakhir kasus TBC di RSUD Ulin Banjarmasin tidak ada peningkatan yang signifikan.
“Kalau rawat jalan biasanya 10--20 pasien saja, itu pun tergantung jam pelayanan,” ucap Izaak.
Karena itu, Izaak sangat mengimbau bagi masyarakat yang sudah terkena penyakit TBC agar berobat secara teratur dan minum obat sesuai dengan resep dokter.
Baca juga: Dinkes HSS temukan 66 kasus TBC
"Karena apabila tidak teratur, bisa membuat kuman di dalam tubuh menjadi kebal sehingga membuat orang yang mengidap TBC lebih lama sembuh, sekaligus merugikan sekitar karena bisa lebih menularkan lebih cepat," ungkap Izaak.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kalsel dr Diauddin mengungkapkan, data sementara atau tahun 2022 sudah ditemukan sebanyak 7.556 orang warga Kalsel mengidap TBC.
Dinyatakan dia, pihaknya dengan dinas kesehatan kabupaten/kota terus menelusuri pengidap penyakit TBC yang berpotensi serius mempengaruhi paru-paru tersebut, karena ditenggarai banyak yang belum terdeteksi.
"Sebab targetnya sebanyak 16.080 kasus ditemukan di Kalsel," papar Diauddin.
Menurutnya, penanganan kasus penyakit TBC ini dilakukan serius, karena berdasarkan data Indonesia nomor dua terbanyak kasus TBC di dunia setelah India.
Karenanya, kata Diauddin, dunia melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan pada tahun 2050 bebas dari penyakit TBC ini.