Pelaksana Tugas (Plt) Wakil Direktur Medik dan Keperawatan RSUD Ulin Banjarmasin Agung Ary Wibowo mengatakan hal itu saat peringatan Hari Prematur Sedunia 2025 di Banjarmasin, Sabtu.
Baca juga: Gubernur Muhidin soroti kinerja dokter dan fasilitas RSUD Ulin
“Perkembangan teknologi dan kualitas pelayanan membuat angka harapan hidup bagi bayi prematur semakin meningkat secara signifikan,” ujar dia.
Agung mengungkapkan, saat dirinya masih koas ketika menempuh pendidikan, bayi dengan bobot satu kilogram sudah dianggap sangat kritis.
“Namun sekarang yang berat 750 gram pun bisa survive atau bertahan hidup,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa RSUD Ulin Banjarmasin ke depan menargetkan bayi prematur dengan berat 500 gram atau setengah kilogram juga bisa bertahan hidup setelah penanganan medis di RSUD Ulin.
Agung memastikan manajemen rumah sakit setempat akan terus mendukung fasilitas, alat kesehatan, dan yang paling penting investasi pada tenaga kesehatan karena itu menjadi kunci agar target bayi dengan bobot 500 gram bisa bertahan hidup dapat tercapai.
Menurut dia, kemajuan pelayanan neonatal saat ini menjadi bukti bahwa bayi-bayi yang dulu dianggap tanpa harapan hidup kini dapat diselamatkan berkat perjuangan tim medis yang luar biasa.
Baca juga: Cairan mani di rahim jurnalis dinyatakan tak cocok dengan DNA oknum TNI AL
Sementara itu, Ketua Pelaksana Hari Prematur Sedunia 2025 RSUD Ulin Banjarmasin Pricilia Gunawan Halim menjelaskan bahwa angka kelahiran prematur secara nasional menunjukkan tren meningkat, seiring pertumbuhan jumlah penduduk dan faktor risiko kehamilan.
Ia menuturkan bahwa Indonesia menjadi peringkat kelima penyumbang kelahiran prematur terbesar di Asia.
Dengan teknologi yang semakin berkembang, Pricilia berharap anak-anak prematur terutama di bawah 700 gram ke depan bisa bertahan dengan kualitas hidup yang baik melalui tindakan medis.
“Berbagai faktor pemicu meningkatnya kasus kelahiran prematur, di antaranya pernikahan dini, rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan reproduksi, serta kondisi maternal yang kurang optimal,” ungkapnya.
Ia menjelaskan upaya pencegahan dimulai dari ibu. Jika ibunya sehat, suami sehat, maka bayinya juga sehat.
“Minimal ibu hamil harus menjalani pemeriksaan kehamilan (ANC) rutin enam kali agar komplikasi bisa dideteksi dan ditangani lebih awal,” ujar Pricilia.
Baca juga: Ahli forensik ungkap cara oknum TNI AL bunuh jurnalis Kalsel
