Banjarmasin (ANTARA) - Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan kesadaran masyarakat untuk melakukan karantina mandiri setelah pulang dalam perjalanan jauh terutama yang datang dari daerah dengan zona risiko tinggi perlu didorong kembali.
"Sepertinya karantina mandiri telah diabaikan sebagian besar orang saat ini. Maka perlu kita gelorakan kembali," terang dia di Banjarmasin.
Diungkapkan Syamsul, beberapa provinsi yang sebelumnya pertambahan kasus mulai terkendali, sekarang mulai mengalami tren peningkatan kembali. Selain pertambahan jumlah angka absolut harian di Indonesia yang sebelumnya hanya berkisar 2-3 ribuan setiap hari sekarang menjadi 4-5 ribuan setiap hari. Analisis angka positive rate dalam tiga hari terakhir juga menunjukkan tren peningkatan.
Syamsul menyatakan, demi memutus mata rantai penularan COVID-19, maka setiap warga negara Indonesia wajib memahami imbauan karantina mandiri.
Aplikasinya yaitu membatasi aktivitas fisik di luar rumah, menerapkan perilaku hidup bersih sehat, memantau suhu tubuh dan gejala klinis yang mungkin muncul selama masa karantina mandiri yang berlangsung 14 hari.
Salah satu peningkatan kasus COVID-19 saat ini, ungkap Syamsul, dapat disebabkan mobilitas warga yang tinggi dengan sebaran area yang beragam dalam waktu singkat.
Pola mobilitas seperti ini dapat terjadi terutama melalui transportasi udara. Sebenarnya kebijakan untuk pengendalian transmisi COVID-19 melalui transportasi udara sudah dilakukan pemerintah melalui kebijakan penggunaan tes cepat antibodi bagi setiap penumpang.
Akan tetapi, menurut Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu, tes ini memiliki tingkat akurasi yang rendah dalam mendeteksi keberadaan COVID-19 di dalam tubuh.