Ketua Tim Ekspedisi Meratus dari Balai Penelitian Kehutanan Kementerian LHK Syaefuddin di Banjarmsin selasa mengungkapkan, kawasan hutan pegunungan Meratus kaya dengan keanekaragaman hayati dan sangat perlu untuk diselamatkan.
"Eksplorasi yang kami pilih kali ini adalah Kabupaten Balangan dan Tabalong," katanya.
Menurut Syaefuddin, eksplorasi tersebut, untuk mengetahui spesies tumbuhan yang ada di kawasan hutan lindung yang berada di kawasan kedua kabupaten tersebut.
Kebun Raya Banua Kalsel, tambah dia, dibangun sejak 2012 lalu, di lahan seluas sekitar 100 hektare di kawasan perkantoran Pemprov Kalsel.
Saat ini, tambah dia, Kebun Raya Banua, telah memiliki berbagai koleksi aneka flora khas Kalimantan.
Jumlah tanaman Kebun Raya Banua untuk pembibitan 8.000 spesimen, koleksi tertanam 1.299 spesimen dari 231 jenis penghijau, ditambah ornamen 3.510 spesimen dari 46 jenis dan sekitar 300 spesimen anggrek. Ada pula berbagai tanaman berkhasiat obat.
"Mengacu pada eksplorasi tahun-tahun sebelumnya, banyak kita temukan flora endemik dan khas Pegunungan Meratus, beberapa diantaranya berstatus tanaman langka yang keberadaannya kian terancam," tuturnya.
Kepala UPT Kebun Raya Banua, Agung Sriyono mengatakan, Ekspedisi Meratus 2018 memfokuskan eksplorasi keanekaragaman hayati di dua kabupaten, yakni Tabalong dan Balangan.
"Tim akan berada di lapangan selama dua minggu, dalam rangka melakukan pencatatan spesies-spesies tumbuhan yang ada di kawasan itu,"katanya.
Dalam kesempatan ini,ia juga mengungkapkan,selain Kebun Raya Banua milik Pemprov Kalsel, sejumlah kabupaten juga berencana membangun kebun raya dalam rangka menyelamatkan keanekaragaman hayatinya, seperti Tanah Laut, Tabalong, dan Balangan.
Sementara itu, keikutsertaan Pena Hijau Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap upaya penyelamatan keanekaragaman hayati yang ada di Kalsel.