"Sejumlah titik permasalahan sampah saat ini sudah mulai terurai," ujarnya di Banjarmasin, Selasa.
Baca juga: 6,2 ton sampah ditukar sembako pada kegiatan perdana di Banjarmasin
Menurut dia, kondisi darurat sampah akibat ditutupnya Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Basirih oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI sejak 1 Februari 2025, terus ditangani serius.
Diungkapkan dia, selain melakukan upaya besar-besaran pemilahan sampah dari sumbernya, yakni mengelola sampah organik dan anorganik, juga pengangkutan sampah yang tidak bisa diproses lagi ke TPAS Banjabakula di Kota Banjarbaru dimaksimalkan.
Alive menyatakan, perjuangan untuk menyukseskan program 100 hari kerja Wali Kota Banjarmasin H Muhammad Yamin HR dan Wakilnya H Ananda pada masalah sampah ini sudah bisa terlihat hasilnya.
"Alhamdulillah, beberapa lokasi seperti di Kampung Gedang, wilayah Cemara, HKSN, sudah kita tangani. Insyaallah besok kami akan mengeksekusi penataan di kawasan Navigasi yang selama ini memiliki TPS tidak resmi," ujar Alive.
Baca juga: Poliban deteksi tingkat pencemaran air lindi TPAS Basirih
Selain itu, DLH juga tengah melakukan revitalisasi pada beberapa Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS-3R) untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah di kota yang semakin padat.
"Kita fokuskan dulu pada tiga titik TPS-3R karena lahan di Banjarmasin sangat terbatas. Ke depan, ini akan terus dikembangkan secara bertahap sebagai upaya jangka panjang untuk mengurangi beban sampah," ujarnya.
Saat ini, ungkap dia, terdapat sembilan unit TPS-3R serta 21 rumah kompos dan rumah cacah yang seluruhnya masih berfungsi. DLH terus mengoptimalkan kinerja pengelolaan meski dihadapkan pada keterbatasan SDM.
"Semua masih berjalan dan kita terus maksimalkan, baik dari sisi fasilitas maupun SDM-nya," kata Alive.
Dia pun optimis bahwa langkah-langkah itu akan memberikan dampak positif bagi kebersihan kota dan mendukung pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Baca juga: Wali Kota Banjarmasin apresiasi Bank Sampah Ceria hasilkan kerajinan