Banjarmasin (ANTARA) - Forum bedah buku berjudul "Nilai-Nilai Pendidikan" menilai buku tersebut baik sebagai bahan pembelajaran bagi kaula muda atau generasi mendatang orang Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel) khususnya.
Penilaian itu, baik oleh para pembahas utama maupun auden/peserta acara bedah buku Nilai-Nilai Pendidikan oleh Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Kalsel di Amphi-Theater Kampung Ketupat Sungai Baru Kota Banjarmasin, Kamis sore.
Baca juga: Pemkot Banjarmasin rancang efisiensi anggaran 30 persen pada 2025
Ketua Umum DMDI Kalsel H Ibnu Sina berharap, bedah buku Nilai-Nilai Pendidikan bertajuk "Ajar Melayu, Pitaruah Mandeh Minang dan Kambang Rampai Pantun Banjar," minimal menjadi sebuah renungan dalam upaya melestarikan dan mengembangkan budaya berpantun.
Sementara Ahmad Barjie B, penulis buku Nilai-Nilai Pendidikan mengatakan, Ajar Melayu, Pitaruah Mandeh Minang, dan Kambang Rampai Pantun Banjar warisan berharga serta menjadi keharusan bersama-sama melestarikan.
"Pasalnya dalam Ajar Melayu, Pitaruah Mandeh Minang, dan Kambang Rampai Pantun Banjar terkandung nilai-nilai luhur yang relevan dengan kehidupan kita saat ini," ujar Ahmad Barjie.
Sementara salah seorang pembahas utama dalam bedah buku itu, Wajidi Amberi dari Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kalsel memberi masukkan agar Buku Nilai-Nilai Pendidikan tersebut ada ilustrasi misalnya dalam bentuk gambar supaya lebih baik dan makin menarik.
Menurut Wajidi, kegiatan "baturai pantun" (pertandingan berpantun) seperti gagasan almarhum Adjim Ariyadi (seorang seniman dan budayawan Banjar) lewat Radio Republik Indonesia (RRI) Banjarmasin tempo dulu sebuah hal positif untuk pelestarian serta pengembangan budaya pantun.
"Namun kini baturai pantun tak ada lagi. Baturai pantun itu yang bagus secara spontanitas," ujar putra daerah hulu sungai atau pinggiran Pegunungan Meratus wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) itu.
Baca juga: Polresta Banjarmasin dan media bagikan 500 takjil ke pengguna jalan

Sedangkan Hajriansyah yang baru menyelesaikan program doktor pada Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin berpendapat, pantun menempati kedudukan tinggi dalam kesusasteraan.
"Oleh sebab itu, tidak semua orang pandai berpantun, karena banyak mengandung nilai yang merupakan pesan moral," kata Hajriansyah yang juga Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarmasin.
Acara bedah buku tersebut dirangkai dengan buka puasa bersama, serta penyerahan mandat oleh Ketua Umum DMDI Kalsel kepada Fathurrahman sebagai Mandataris DMDI Kota Banjarmasin.
Baca juga: Kurir 52.561 butir ekstasi di Banjarmasin divonis 20 tahun penjara