Kepala Dislutkan Provinsi Kalsel Rusdi Hartono dikonfirmasi di Banjarmasin, Rabu, mengatakan penyebab kematian ikan Sungai tersebut diduga akibat kualitas air buruk yang dipengaruhi fenomena alam, seperti banjir rob pada beberapa hari terakhir.
Baca juga: Dislutkan Kalsel rumuskan zona konservasi darat dan pemukiman laut
“Jadi tim investigasi yang terdiri dari berbagai instansi terkait telah melakukan mengambil sampel air di sekitar keramba. Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi air di keramba memiliki PH sedikit asam, kadar oksigen terlarut (DO) rendah, nitrit rendah, dan karbon dioksida (CO²) tinggi," kata Rusdi.
Selain itu, Rusdi menuturkan pemeriksaan logam berat menemukan kadar besi yang sangat tinggi, sementara amoniak dan klorin berada pada level yang sangat rendah.
Menurut Rusdi, kondisi tersebut berdampak pada insang ikan yang menyebabkan ikan mengalami stres dan kesulitan bernapas.
"Sebenarnya para pembudidaya ikan memahami bahwa fenomena iklim seperti ini dapat terjadi, mereka tidak dapat memprediksi kapan akan terjadi," ujar Rusdi.
Baca juga: Dislutkan Kalsel tetapkan 179.000 ha kawasan konservasi
Rusdi menyebutkan Dislutkan Provinsi Kalsel akan berkoordinasi dengan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin untuk membantu mengatasi kerugian yang ditimbulkan pada kematian ikan tersebut.
Rusdi mengungkapkan terdapat tujuh kelompok pembudidaya ikan di lokasi tersebut yang diarahkan untuk menyusun proposal terkait kebutuhan bibit ikan.
Sebelumnya, Polsek Banjarmasin Timur jajaran Polda Kalimantan Selatan pun memberikan bantuan kepada pembudidaya ikan yang mengalami gagal panen akibat perubahan iklim di Kelurahan Banua Anyar.
Kapolsek Banjarmasin Timur AKP Syuaib Abdullah menuturkan pihaknya menyalurkan bantuan benih ikan nila sebanyak 1.000 ekor kepada warga pembudidaya yang mengalami gagal panen akibat perubahan iklim di tambak ikan Alfian Jalan Banua Anyar RT.02/RW.01 Kelurahan Banua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur.
Baca juga: Dislutkan Kalsel gelar lomba masak serba ikan perbaiki gizi warga