Martapura (ANTARA) - Wakil Bupati Banjar, Kalimantan Selatan Said Idrus Al-Habsy mengatakan Festival "Becatuk Dauh" (memukul bedug) merupakan wujud komitmen melestarikan keragaman budaya dan tradisi religius daerah.
Pernyataan itu disampaikan Wabup Banjar saat menyaksikan Grand Final Bacatuk Dauh yang digelar Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Banjar di Taman Cahaya Bumi Selamat (CBS).
Menurut Said, tradisi Bacatuk Dauh yang dulu diperdengarkan di masjid maupun mushola menjadi satu penanda masuk waktu shalat, mulai terpinggirkan sehingga dilombakan lagi untuk mempertahankan kearifan lokal tradisi religius.
Said menuturkan pukulan bedug yang bertalu-talu kini tidak lagi terdengar digantikan oleh bunyi sirine melalui pengeras suara yang menjadi penanda waktu shalat di masjid maupun mushola.
"Atas dasar itu lah, Pemkab Banjar menggelar festival Becatuk Dauh di Bulan Ramadhan agar budaya dan tradisi masyarakat jaman dulu tetap lestari dan dikenang serta diketahui generasi masa depan," katanya.
Baca juga: Wabup Banjar hadiri kegiatan keagamaan
Kepala Disbudporapar Banjar Haris Rifani mengatakan festival yang diselenggarakan saat Bulan Ramadhan untuk menyemarakkan bulan suci dan diharapkan menjadi sarana untuk melestarikan budaya maupun tradisi yang tumbuh di masyarakat.
"Babak grand final diikuti 9 grup yang tampil bergantian. Hadiah yang telah disiapkan totalnya Rp34 juta serta tropi termasuk piala bergilir yang diserahkan kepada pemenang lomba tahun ini," katanya.
Sementara itu, babak final diawali penampilan grup Annadhir Junior dan Islahul Ummah dari Murung Kenanga, Syahab Islahul Ummah dari Murung Masjid dan grup Al Banjari dari Murung Kenanga.
Selanjutnya, grup Darul Muflihin dari Karangan Putih Keraton, Al Ishlah dari Murung Kenanga, Baitul Huda dari Pekauman, Ar Raudhah Senior dari Desa Telok Selong Ilir dan Grup Al Munir Tunggul Irang Seberang.