Banjarmasin (ANTARA) -
Mantan Ketua Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Kalimantan H Syamsuddin Hasan mengingatkan kembali "Tri Tura" atau tiga tuntutan rakyat dan Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) pada 57 tahun lalu.
"Tri Tura dan Ampera belum tuntas," ujar mantan Sekretaris Dewan Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM d/h Unlam) Banjarmasin itu dalam keterangan persnya, Kamis untuk mengenang gugurnya Pahlawan Ampera Hasanuddin bin Haji Madjedi.
Hasanuddin HM - mahasiswa Fakultas Ekonomi Unlam, Pahlawan Ampera pertama di Indonesia meninggal dunia 10 Februari 1966, gugur kena tembakan sepulang demonstrasi dari Konsolat Republik Rakyat Tjina (RRT=RRC) di Pecinan Laut Banjarmasin, kemudian baru Arief Rahman Hakim - mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mantan aktivis organisasi mahasiswa intra dan ekstra universitas itu menerangkan, Tri Tura tersebut yaitu "Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) bersama antek-anteknya" serta "Bubarkan Kabinet 100 Menteri" dan "Turunkan Harga Sandang Pangan".
Mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) tersebut menuturkan, pada penghujung Tahun 1965 dan awal 1966 Eksponen Angkatan 66 bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) berkomitmen memperjuangkan Tri Tura dan Ampera.
Eksponen Angkutan 66 ketika itu sebagai garda terdepan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan KAPPI bersama kesatuan aksi - kesatuan aksi lainnya seperti Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI) serta Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI)
"Karena ketika itu atau saat pemerintahan Indonesia di bawah kendali politik PKI, keadaan perekonomian bangsa cantang-perenang, bukan cuma harga sembako tak terjangkau daya beli masyarakat, tapi juga sulit mendapatkan," ungkap laki-laki kelahiran Tahun 1947 tersebut.
Begitu pula dengan Kabinet 100 Menteri, pemerintahan Indonesia bukan cuma tak bersih, tetapi juga tidak berwibawa, lanjut mantan Ketua Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) Cabang Banjarmasin dan mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Tengah (Kalteng) itu.
IPMI Cabang Banjarmasin ketika selain mencakup komisariat pada pendidikan tinggi di Kalimantan Selatan (Kalsel), juga Kuala Kapuas dan Palangkaraya Kalimantan Tengah (Kalteng).
Presiden Journalist Parliament Community (JPC) Kalsel tersebut berpendapat, dengan melihat fenomena pemerintahan dan perekonomian Indonesia belakangan ini, Tri Tura dan Ampera masih memerlukan kebersamaan dalam memperjuangkan.
Menurut alumnus Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas) Pemuda di Cibubur Jakarta tersebut, PKI dan antek-anteknya sudah bubar atau secara formal tak ada lagi, tetapi bahaya laten Komunis masih membayang-bayangi Negara dan Bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Mengenai pemerintahan yang bersih dan berwibawa, alumnus Fakultas Hukum Jurusan Tatanegara itu masih menyangsikan selama belum bisa membertas korupsi secara tuntas, serta kalau masih kentalnya kolosi dan nepotisme.
"Sedangkan terkait perekonomian, apalagi kalau melihat perkembangan harga berbagai kebutuhan pokok, warga masyarakat bisa merasakan sendiri dan silakan komentar masing-masing," demikian Syamsuddin Hasan.