Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan membuat inovasi yang disebut "Bang Sibun Bakaret" untuk upaya mensejahterakan petani karet di provinsi tersebut.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel Suparmi di Banjarbaru, Rabu, menyampaikan, "Bang Sibun Bakaret" merupakan singkatan dari pengembangan koperasi pekebun berbasis kawasan karet.
"Kita selama ini jangan terfokus pada perkebunan sawit saja, di daerah kita ini ada perkebunan karet juga yang besar," ujarnya.
Bahkan, ungkap dia, perkebunan karet di provinsi ini 90 persennya diusahakan pekebun rakyat.
"Karenanya peran kita (Pemprov Kalsel) besar di sektor perkebunan karet ini," ujarnya.
Dinyatakan Suparmi, melalui "Bang Sibun Bakaret" dengan pola penerapan terintegrasi diharapkan jika harga karet rendah atau produknya yang turun, petani karet tetap memiliki penghasilan.
Inovasinya, kata Suparmi, dengan pola tanam dengan jarak yang ganda, tumpang sari yang lempeng, karena jaraknya sudah dirubah, jadi 18x2x2,5 sangat mengakomodir itu.
"Bisa tumpang sari dengan tanaman pangan, hortikultura, tanaman komuditas lain atau peternakan," ujarnya.
Salah satu saran untuk tumpang sari tanaman karet dengan peternakan, yakni, pengembalaan kambing.
"Kalau sapi jarang diperkebunan karet ini, karena banyak di perkebunan sawit yang cocok, baiknya kambing," ucapnya.
Pemprov Kalsel, ungkap dia, akan membantu permodalan bagi petani karet dengan sistem ini, selain membantu kelancaran permodalan melalui perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Suparmi pun menyampaikan, potensialnya pengembangan perekonomian diperkebunan karet di provinsi ini, karena dari luar 270 ribu hektare persegi provinsi ini, luas tanam karet hampir 20 persennya.
Sebab, lanjut dia, provinsi ini sudah memiliki unit pengolahan dan pemasaran produk karet lebih dari 229 unit itu.
"Semuanya atau 100 persen sudah bersertifikat sesuai peraturan," ungkapnya.
Melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang dimiliki instansinya, Pemprov Kalsel mendorong kesejahteraan petani karet lebih baik lagi kedepannya.
"Ada contoh di daerah Kabupaten Tanah Laut perkebunan karet yang berintegrasi dengan peternakan kambing itu berhasil dengan baik, dari 29 ekor, itu jadi 60 ekor," ujarnya.