Banjarmasin (ANTARA) - Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan relaksasi penggunaan masker jangan sampai memicu euforia sehingga masyarakat melupakan saat ini masih situasi pandemi.
"Perlu diingat secara global pandemi masih terjadi, meski di Indonesia sendiri kondisinya terus membaik," kata dia di Banjarmasin, Kamis.
Muttaqin menyebut pengalaman Inggris dan Amerika Serikat ketika mencabut aturan prokes, kasus konfirmasi dan kematian COVID-19 justru melonjak. Meskipun saat ini sudah menurun tetapi kasusnya masih tinggi, bahkan yang paling besar dibandingkan negara-negara lainnya di dunia.
Berdasarkan data dari Ourworldindata.org, pada bulan Mei 2022 ini saja rata-rata kasus harian COVID-19 di Amerika Serikat lebih dari 80 ribu dan Inggris lebih dari 10 ribu. Sedangkan Indonesia hanya 259 kasus per harinya.
Sementara kasus kematian harian pada bulan Mei tersebut di AS rata-rata 381, Inggris 158 dan Indonesia 13 kasus. Padahal capaian vaksinasi di AS dan Inggris lebih baik dibanding Indonesia.
"Jadi pemakaian masker di ruang terbuka masih dibutuhkan karena masih ada risiko penularan COVID-19," jelasnya.
Lagi pula, menurut Muttaqin, menggunakan masker tidak menghambat pemulihan ekonomi karena dunia usaha dan kegiatan masyarakat sudah diberikan kelonggaran. Begitu juga mobilitas penduduk sudah tidak dibatasi.
Muttaqin menilai pelonggaran boleh lepas masker di ruang terbuka yang tidak padat sebaiknya menunggu satu atau dua bulan setelah liburan Lebaran apakah COVID-19 semakin melandai ataukah terjadi kenaikan.
"Berpijak pada pengalaman dua tahun pandemi. Di mana setelah liburan panjang selalu diikuti dengan lonjakan kasus, baik Lebaran maupun liburan akhir tahun," beber akademisi jebolan Universitas Birmingham Inggris itu.
Meski diakuinya kondisi tahun ini berbeda dibanding sebelumnya. Capaian vaksinasi dosis 1 pada 17 Mei 2021 lalu baru sebesar 7 persen dan dosis 2 sebanyak 5 persen dari target. Sedangkan 17 Mei tahun ini sudah sebanyak 96 persen dosis 1, 80 persen dosis 2 dan 21 persen booster dari target.
Data tersebut menunjukkan masyarakat saat ini lebih terlindungi dengan treatment kekebalan buatan tersebut sehingga risiko jika tertular COVID-19 akan menjadi lebih ringan.
"Hanya saja vaksinasi tidak menjamin dan mencegah terjadinya peningkatan penularan kecuali dengan diterapkannya protokol kesehatan," ucapnya.