Banjarbaru (ANTARA) - Sebanyak 169 peneliti nasional yang berasal dari berbagai lembaga dan instansi berkumpul di Seminar Nasional Lahan Basah 2019 untuk membahas optimalisasi lahan basah berkesinambungan yang digelar Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) di Banjarbaru, Kamis.
"Semua berkumpul untuk saling bertukar pikiran, berkomunikasi dan saling berbagi ilmu terutama terkait dengan pengembangan lahan basah. Jadi, diharapkan akan muncul hasil-hasil penelitian semua peserta untuk pengembangan keilmuan dan diterapkan di masyarakat," kata Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan ULM Dr Achmad Syamsu Hidayat saat membuka kegiatan di Banjarbaru.
Baca juga: Pertanian HST berinovasi dengan kembangkan varietas Situ Bagendit di lahan basah
Syamsu mengatakan sesuai visi ULM menjadi universitas terkemuka dan berdaya saing di lingkungan lahan basah. Dimana universitas terbesar dan tertua di Kalimantan itu mempunyai cita-cita pada 2027 nanti bisa menjadi pusat unggulan lahan basah di kawasan Asia Pasifik.
"Apalagi sekarang di perguruan tinggi dituntut luaran. Jadi, tidak hanya proses tetapi juga output dan outcome. Sehingga setiap penelitian diharapkan dapat diterapkan di masyarakat. Dimana Kalimantan Selatan sendiri lingkungannya hampir semua lahan basah, maka kegiatan ini dapat memberikan kontribusi bagi khalayak luas," tutur Syamsu yang mewakili Rektor ULM Prof Dr H Sutarto Hadi.
Dia jua memastikan dukungan pimpinan dalam pengembangan penelitian, termasuk terkait lahan basah dengan kebijakan rektor bahwa setiap dosen wajib meneliti yang dananya telah tersedia untuk mendukung komitmen tersebut.
Baca juga: 161 pemakalah ikuti Seminar Nasional Lahan Basah ke-4 ULM
Seminar yang mengangkat tema "Optimalisasi Potensi Unggulan Dalam Pengembangan Lahan Basah Secara Berkesinambungan" itu menghadirkan tiga pembicara utama yaitu Prof Dr Ir Siti Herlinda (Kepala Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Sub Optimal Universitas Sriwijaya), Dr Bandung Sahari (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), dan Dr Totok Wianto (Ketua Inkubator Teknologi ULM).
Adapun topik kajian makalah meliputi Pertanian dan ketahanan pangan, Kesehatan dan obat-obatan, Biodiversitas dan bioteknologi, Konservasi sumberdaya alam dan lingkungan, Energi baru dan terbarukan, Hukum dan kebijakan, Sosial, ekonomi, seni dan budaya, serta Pendidikan dan pembelajaran.
"Antusiasme peserta tinggi sekali untuk mengikuti forum ilmiah ini hingga mencapai 169 orang. Meliputi pemakalah oral 130 orang, penyaji poster 6 orang, dan non pemakalah 33 orang," kata Ketua Panitia Dr Leila Ariyani Sofia.
Peserta dan pemakalah berasal dari berbagai lembaga dan instansi yaitu ULM, Universitas Andalas, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas Palangkaraya, Universitas Sari Mulia, Universitas Achmad Yani Banjarmasin, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, Politeknik Negeri Indramayu, Politeknik Malinau Kalimantan Utara, Politeknik Kesehatan Banjarmasin, Politeknik Statistik STIS, Universitas Jambi, dan PT Astra Agro Lestari.
"Ini event tahun ke-5 dimulai sejak tahun 2015 untuk mewadahi tulisan dan pemikiran berdasarkan hasil-hasil penelitian para dosen dan peneliti yang tinggi minatnya pada kajian lingkungan lahan basah," ungkap Leila.
Sementara Ketua LPPM ULM Prof Dr Ir H Danang Biyatmoko mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi lahan basah yang sangat luas. Untuk Kalimantan Selatan saja misalnya, mencapai 382.272 hektar dari total luas wilayah 37.531 kilometer persegi.
Danang menjelaskan, menurut konvensi Ramzar lahan basah cakupannya area rawa, gambut atau air baik alami atau buatan, permanen atau sementara dengan air statis atau mengalir, segar, payau atau asin, termasuk area air laut dengan kedalaman saat surut tidak melebihi enam meter.
Danang menyatakan, keberhasilan optimalisasi potensi lahan basah akan berdampak signifikan terhadap kesejahteraan dan pemerataan kemakmuran masyarakat.
169 peneliti bahas lahan basah
Jumat, 15 November 2019 6:14 WIB