Ratusan peserta yang terdiri dari balita, anak-anak hingga orang tua mengikuti prosesi "Baayun Maulud" yang diselenggarakan Museum Lambung Mangkurat Provinsi Kalsel, Kamis.
Pelaksana Tugas Kepala Museum Lambung Mangkurat Kalsel, Ahmad Gazali mengatakan, kegiatan tahunan kali ini diikuti 170 peserta yang berasal dari Kota Banjarbaru, Martapura, Banjarmasin dan Kabupaten Tanah Laut.
"Jumlah pesertanya melebihi target yang ditetapkan. Semula ditargetkan hanya sebanyak 120 peserta, tetapi hingga pendaftaran ditutup ternyata mencapai 170 peserta," ujarnya didampingi Ketua Panitia Pelaksana, Slamet.
Kegiatan yang dipusatkan di teras Museum Lambung Mangkurat Kalsel di tepi Jalan Ahmad Yani Km 35,5 Kota Banjarbaru itu dihadiri Wali Kota Banjarbaru Ruzaidin Noor dan Asisten II Setdaprov Kalsel, Fitri Rifani.
Wali Kota Banjarbaru mengatakan, pihaknya sangat mendukung kegiatan bernuansa islami itu karena merupakan salah satu upaya melestarikan adat dan budaya daerah yang harus dijaga dan dipelihara kelestariannya.
"Selain sebagai upaya pelestarian adat dan budaya daerah, peserta yang mengikuti kegiatan juga diharapkan mendapatkan keberkahan karena pelaksanaannya masih dalam suasana bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW," ujarnya.
Asisten II Setdaprov Kalsel mewakili Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan setiap bulan kelahiran nabi atau bulan maulid itu harus terus dijaga dan dilestarikan.
"Kegiatan Baayun Maulud ini merupakan adat dan tradisi masyarakat Banjar yang baik karena didalamnya mengandung makna kecintaan terhadap nabi sehingga harus dijaga dan dilestarikan," pesannya.
Kegiatan yang berlangsung setengah hari itu diikuti peserta termuda atas nama Rafiqah yang beru berusia 24 hari dan peserta tertua, Juma'ah berusia 62 tahun yang nampak santai duduk di dalam ayunan.
"Kami berharap anak kami mendapat keberkahan dan menjadi anak yang sholehah sekaligus bisa meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW," ujar ibu Rafiqah, Siti Mariah.
Kegiatan Baayun Maulud merupakan adat dan budaya peninggalan nenek moyang suku Banjar yang masih beragama Kaharingan (Dayak) sebagai media memperkenalkan anak kepada leluhur sakti dan berpengaruh yakni Datu Ujung.
Diharapkan, anak yang diayun mendapat berkat dalam hidupnya, tidak mudah sakit dan tidak rewel kemudian tradisi itu di-Islamkan dengan mengubah tujuan upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. yoz/D