Banjarmasin (ANTARA) - Wakil Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Diana Kusumastuti menekankan urgensi upaya transformatif dalam manajemen sumber daya air.
“Mengingat sumber air itu vital, maka ketahanan air yang terintegrasi perlu menjadi agenda nasional," kata dia saat pertemuan tindak lanjut dari Forum Air Dunia ke-10: From Bali to Riyadh and Beyond seperti rilis diterima Antara di Banjarmasin, Selasa.
Hal ini dapat terwujud melalui upaya peningkatan kerja sama nasional maupun internasional serta pendanaan dalam upaya pengembangan sumber daya air yang berkelanjutan.
Terkait inisiatif politik, pertemuan tindak lanjut juga menekankan pentingnya peran pemerintah dari segala tingkatan baik itu Kepala Negara, anggota Parlemen, Kementerian hingga otoritas lokal dan DAS untuk melakukan aksi nyata dalam mengatasi permasalahan terkait isu air.
Selain itu, Bandung Action Water Agenda juga diangkat kembali sebagai bentuk upaya kolaboratif dalam menciptakan solusi terkait isu air, investasi dan pendanaan untuk pembangunan berkelanjutan dengan menekankan pada pentingnya peran pemerintah dan swasta dalam manajemen sumber air.
Pertemuan tindak lanjut juga merumuskan enam agenda tematik solusi air global yang merupakan elaborasi dari enam subtema World Water Forum ke-10, meliputi “Air untuk Manusia dan Alam”, “Keamanan dan Kesejahteraan”, “Pengurangan dan Manajemen Risiko Bencana”, “Kerjasama dan Diplomasi Air”, “Air dan Keuangan Inovatif’ dan “Pengetahuan dan Teknologi”.
Sementara Presiden World Water Council Loïc Fauchon mengatakan pertemuan yang dihadiri oleh pemangku kepentingan tingkat tinggi tersebut menjadi jembatan menuju pelaksanaan World Water Forum ke-11 yang akan berlangsung di Riyadh, Arab Saudi pada 2027 dengan tema "Action for a Better Future".
Pada rangkaian acara terdapat berbagai pembahasan yang membahas seputar isu terkait sektor air dan menyoroti pentingnya diplomasi air dalam mendorong kerja sama dan perdamaian internasional. Pertemuan ini juga menjadi momentum peluncuran Laporan World Water Forum ke-10 dan World Water Warrior’s Guide.
Dalam sesi Pertemuan tercatat tindak lanjut berupa kesepakatan dan penegasan komitmen untuk melaksanakan rekomendasi dan capaian World Water Forum ke-10 melalui berbagai inisiatif politik.
Loïc Fauchon juga menemui wartawan untuk berdiskusi dengan tema "Water in Spotlight: Media Narratives for Global lmpact" khususnya terkait upaya membangun kesadaran publik atas tantangan air global dan bertukar pikiran tentang prospek diplomasi air global.
Fauchon mengatakan pers di Indonesia memainkan peran penting dalam membentuk narasi diplomasi air global, menyebarkan informasi sekaligus membangun kesadaran mengenai isu air sebagai bagian dari upaya mencari solusi bersama tantangan air dunia.
Salah satunya melalui pemberitaan praktik baik yang telah mengakar di masyarakat setempat untuk keberlanjutan air.
Praktik lokal mitigasi bencana di Aceh dan irigasi Subak di Bali adalah contoh bentuk-bentuk kearifan lokal dalam menangkal dampak perubahan iklim yang dapat direproduksi di berbagai belahan bumi lain.
Dengan ragam praktik baik konservasi air dan mitigasi bencana, dia tidak ragu menyebut Indonesia sebagai Champion of water conservation.
Untuk itu media memiliki peran penting dalam menyebarluaskan informasi dan pesan kepada masyarakat global dan pada akhirnya mendorong implementasi aksi nyata.
Senada dengan Fauchon, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Lilik Retno Cahyadiningsih mengungkapkan peran media sangat penting untuk menyampaikan pesan kunci dari World Water Forum ke-10.
la juga merangkum tindak lanjut utama yang akan membentuk upaya berkelanjutan menuju pengelolaan air yang berkelanjutan yaitu meliputi implementasi hasil Forum ke-10, memperkuat kolaborasi internasional, menjembatani transisi ke World Water Forum ke-11 di Riyadh, strategi berorientasi tindakan dan kesadaran publik serta keterlibatan pemangku kepentingan.