Banjar (ANTARA) - Petani Kabupaten Banjar yang menjadi lumbung padi Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menggunakan alat tradisional berupa ranggaman (ani-ani) saat panen padi.
Pewarta ANTARA Kalsel di Banjarmasin, Ahad, melaporkan warga tani "Bumi Barakat" Banjar itu menggunakan ranggaman saat memanen (mangatam) padi di Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar.
Baca juga: Keluarga petani terima manfaat program Jamsostek
Kecamatan Aluh-Aluh merupakan salah satu sentra pertanian yang banyak menanam varietas lokal di Kabupaten Banjar.
"Amun banihnya (kalau padinya) varietas unggul bisa mangatam menggunakan arit. Tapi jika padi lokal sulit menggunakan arit karena tangkainya panjang menjadi lebih nyaman (enak) menggunakan ranggaman," ujar petani Yuni (40).
Menurut dia, petani lebih memilih menggunakan arit dibanding ranggaman saat memanen padi unggul.
"Tapi kebanyakan orang mangatam banih unggul pakai mesin," ujar ayah dari dua anak tersebut.
Pada beberapa wilayah Kabupaten Banjar, kini sudah mulai panen padi sawah di Kecamatan Aluh-Aluh dan Kecamatan Beruntung Baru (pemekaran dari Aluh-Aluh).
Baca juga: Bupati Banjar ajak petani milenial gali potensi di wilayah
Hampir sebagian besar wilayah Banjar merupakan sentra pertanian persawahan, antara lain Kecamatan Gambut, Sungai Tabuk, Kertak Hanyar, Tatah Makmur dan Kecamatan Astambul.
Sementara itu, warga di daerah perbukitan, menanam padi pada lahan kering masih menggunakan varietas lokal yang lebih harum, seperti "Si Buyung".
Harga "Si Buyung" sekitar Rp20.000 per liter atau lebih mahal dibanding beras lokal biasa, seperti varietas "Mayang Mutiara" mencapai Rp1 8.000 per liter dan varietas unggul Ciherang atau IR42/IR46 seharga Rp13.000/liter.
Baca juga: Bupati Banjar minta petani bercocok tanam sesuai cuaca dan iklim