Analis pasar mata uang Lukman Leong menyebutkan rupiah melemah akibat dolar AS yang rebound usai Federal Reserve (The Fed) tak memberikan sinyal untuk memangkas suku bunga pada risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).
“The Fed bernada lebih hawkish dari harapan investor dan mengisyaratkan apa kebijakan ketat masih akan tetap berlangsung untuk beberapa saat,” kata dia ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell mengatakan inflasi masih jauh di atas target dan suku bunga tinggi masih diperlukan saat ini. Karena itu, The Fed akan berhati-hati dalam mengambil keputusan ke depannya.
Sebelumnya, selama dua hari terakhir, rupiah mengalami penguatan karena dipengaruhi data inflasi AS terbaru yang dirilis pada pekan lalu menurun, sehingga meningkatkan ekspektasi bahwa suku bunga acuan AS tidak akan bertahan lebih lama lagi. Kemudian data laju inflasi AS Oktober 2023 yang melambat, yakni 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen.
Sentimen dari dalam negeri seperti surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 yang surplus 3,48 miliar dolar AS dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2023 yang membaik turut membantu dalam memberikan sentimen positif terhadap rupiah.
Baca juga: Dolar AS turun, Fed diyakini selesai naikkan suku bunga
Baca juga: Rupiah menguat lagi, dipengaruhi surplus perdagangan RI
Baca juga: Emas jatuh jelang "Thanksgiving Day"
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Kelik Dewanto