Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat lagi pada Senin pagi. Saat ditransaksikan antarbank di Jakarta rupiah menguat 0,57 persen atau 89 poin menjadi Rp15.404 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.493 per dolar AS.
Pada penutupan perdagangan Jumat (17/11), kurs rupiah juga menguat 62 poin atau 0,40 persen ke posisi Rp15.493 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.555.
Saat yang sama, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia turut menguat ke posisi Rp15.504 dari sebelumnya Rp15.595 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 sebesar 3,48 miliar dolar AS memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Potensi penguatan ke arah Rp15.400 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp15.500 untuk hari ini,” kata dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Senin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia berada dalam kondisi surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus perdagangan Oktober 2023 tercatat naik 0,07 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada September 2023 (month to month/mtm), namun turun 2,12 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun 2022 (year on year/yoy).
Di sisi lain, Ariston menganggap rupiah akan menguat karena dipengaruhi faktor eksternal dari laju inflasi AS Oktober 2023 yang melambat, yakni 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen. Adapun data klaim pengangguran AS meningkat 13 ribu menjadi 231 ribu dari perkiraan 220 ribu.
“Dengan angka inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya, ini memperbesar ekspektasi peluang pemangkasan suku bunga acuan AS lebih cepat. Indeks dolar AS terlihat bergerak di kisaran 103,80 pagi ini setelah pekan lalu bergerak di atas 104. Di sisi lain, sebagian petinggi Bank Sentral AS yang memberikan pernyataan soal kebijakan moneter AS pekan lalu, mengungkapkan ketidakyakinannya bahwa inflasi bakal turun cepat ke target 2 persen, sehingga AS masih memerlukan kebijakan suku bunga tinggi saat ini,” ungkapnya.
Hingga saat ini, tidak ada data AS yang penting. Pasar menunggu rilis notulen rapat The Fed pada Rabu (22/11) dinihari untuk mencari petunjuk soal kebijakan suku bunga tinggi The Fed ke depan.
Baca juga: Nilai tukar rupiah menguat 62 poin jadi Rp15.493 per dolar AS
Baca juga: Emas naik didorong pelemahan dolar dan jatuhnya obligasi AS
Baca juga: Minyak turun dipicu kekhawatiran permintaan minyak global
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto