Banjarmasin (ANTARA) - Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) H Noor Fajri ingin mengembalikan genetik Itik Alabio yang merupakan bebek asli provinsinya.
"Pasalnya Itik Alabio Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) tersebut boleh kita bilang punah, karena secara fisik sudah tidak ada lagi" ujarnya saat kembali dari Jakarta menjawab Antara Kalsel, Sabtu siang.
"Secara fisik Itik Alabio tidak ada lagi di Kalsel atau Alabio (185 kilometer utara Banjarmasin) yang merupakan daerah asal jenis ternak unggas tersebut," lanjut wakil rakyat asal HSU tersebut.
Namun, ungkap wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel V/Kabupaten HSU, Balangan dan Kabupaten Tabalong tersebut, nuktah merupakan gen (genetik) Itik Alabio itu masih ada pada Pusat Pembibitan Ternak di Kabupaten Tanah Laut (Tala) provinsinya masih ada.
'Jadi nuktah Itik Alabio tersebut bagaimana cara membiakan/mengembangbiakan agar jenis ternak unggas itu tidak hilang dari daerah habitatnya," ujar wakil rakyat yang sebelumnya aktif berwirausaha seperti membuat kolam pemancingan dan lainnya.
Ia menuturkan , keunggulan Itik Alabio tersebut selain bisa bertelur lebih banyak dan stiktur serat dagingnya lebih halus bila dibandingkan dengan bebek biasa.
Sedangkan ciri kekhasan Itik Alabio antara lain paruh dan kakinya warna kuning keemasan, lanjut laki-laki yang pernah sebagai karyawan Bank BRI itu saat berada di Bandara Internasional Soekarno Hatta ketika mau pulang ke Banjarmasin.
Sebelumnya Fahrani dari Komisi yang membidangi pertanian secara umum berpendapat, HSU atau Alabio potensial untuk pengembangan peternakan unggas seperti itik.
Wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel II/Kabupaten Banjar tersebut secara khusus menyoroti Itik Alabio yang kini tidak ada lagi di daerah asalnya.
"Di HSU atau Alabio sampai sekarang masih terdapat usaha pengembangan peternakan unggas atau itik, tapi bukan Itik Alabio," ungkapnya.
"Itik-itik yang ada di HSU atau Alabio tersebut kini jenis Peking, Bangkok dan hasil perkawinan dari itik lain (bukan Itik Alabio)," demikian Fahrani.
Wilayah HSU tersebut sebagian besar atau lebih kurang 60 persen merupakan kawasan rawa monoton yang bukan saja untuk usaha perikanan air tawar, melainkan peternakan unggas dan kerbau rawa.