Banjarmasin (ANTARA) - Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) H Karlie Hanafi Kalianda berpendapat, perlu varietas unggul padi untuk pertanian pada lahan pasang surut.
Wakil rakyat yang bergelar doktor bidang ilmu hukum tersebut mengemukakan pendapatnya di Banjarmasin, Selasa, sesudah reses ke Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalsel yang merupakan daerah pertanian pasang surut.
Ia menerangkan, petani "Bumi Salidah" Batola yang berbatasan dengan Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng) tersebut selama ini bercocok tanam masih banyak menggunakan varietas padi lokal seperti Karangdukuh dan Siam Unus.
"Pasalnya mereka selalu gagal bila menanam varietas unggul baru (VUB), kalau selain jenis padi lokal," kutip wakil rakyat asal daerah pemilihan (dapil) Kalsel III/Batola tersebut.
"Persoalannya dari pengalaman petani Batola selama ini, padi varietas unggul tersebut tidak tahan hidup dengan keair yang merendam. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain kecuali menanam padi lokal," kutipnya.
Menurut anggota DPRD Kalsel dua periode (2014 - 2019 & 2019 - 2024) itu, cukup beralasan petani daerah pasang surut Batola memilih menanam padi jenis lokal, karena relatif tahan terendam air dan harga jual lebih mahal dari varietas unggul.
"Sedangkan bertani (bercocok tanam padi) merupakan mata pencaharian utama mereka, disamping usaha perkebunan jeruk," lanjut Karlie yang juga pernah anggota DPRD Kalsel periode 2005 - 2009 asal dapil yang sama itu.
Mantan aktivis mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM d/h Unlam) Banjarmasin itu menambahkan, permasalahan yang petani Batola hadapi selama ini penyaluran pupuk bersubsidi sering tidak tepat waktu.
Selain itu, pupuk bersubsidi yang mereka terima hanya untuk tanaman padi, sedangkan buat perkebunan tidak mendapatkan jatah dari pemerintah, ungkap laki-laki yang senang musik dengan irama jazz tersebut.
"Oleh sebab itu, kita juga mengharapkan agar pemerintah dapat membantu atau memberi solusi terbaik guna mengatasi permasalahan yang petani Batola hadapi tersebut," demikian Karlie Hanafi.
Sementara selain Kabupaten Banjar, juga Bumi Salidah Batola merupakan lumbung padi Kalsel atau provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota dan kini berpenduduk lebih empat juta jiwa tersebut.
Kata Salidah sendiri pengertiannya ialah kebersamaan dalam membangun daerah yang penduduknya majemuk itu karena sejak tahun 1950-an merupakan daerah penerima program transmigrasi, baik spontan maupun dari pemerintah.
Dalam reses masa sidang pertama DPRD Kalsel Tahun 2020, Kalie bersama timnya antara lain seorang wartawati Hj Lily Irianti Mala SH itu mendatangi beberapa desa di Batola di antaranya Desa Tabukan Raya, Kecamatan Tabukan.
Kemudian Desa Pantang Raya Kecamatan Tabukan, serta Desa Sungai Kali, Pendalaman Baru dan Desa Bagagap, Kecamatan Barambai.
