Jakarta (ANTARA) - Diplomasi dagang untuk produk kelapa sawit Indonesia ditingkatkan melalui kunjungan Duta Besar RI untuk Mesir Helmy Fauzi ke perusahaan Oleo Misr di kawasan industri Sadat City, Mesir, Senin (8/4).
Kunjungan ke perusahaan pengolahan dan distribusi minyak sawit itu bertujuan menindaklanjuti kontrak dagang senilai 130 juta dolar AS yang ditandatangani Oleo Misr dengan Perusahaan Induk Perkebunan PTPN III (Persero) dan PT Chitra Agri Indonesia untuk periode 2019.
Dalam penuturannya, Dubes Helmy mengharapkan Oleo Misr dapat melakukan upaya diversifikasi produk sawit sebagai produk yang berkelanjutan.
"Minyak sawit dan turunannya sebagai sustainable product dapat didiversifikasi selain sebagai produk konsumer juga dapat dijadikan sebagai produk biodiesel,” kata Dubes Helmy melalui keterangan tertulis yang diterima Antara, Selasa.
Mengingat fokus Indonesia untuk membidik pasar nontradisional seperti Timur Tengah dan Afrika saat ini, Mesir dianggap sebagai pusat yang strategis untuk melancarkan hubungan dagang antara utara dan selatan Afrika.
“Ini juga didukung dengan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Mesir yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun,” ujar Dubes Helmy.
Sesuai laporan statistik Mesir (CAPMAS), komoditas minyak sawit Indonesia (kode HS 1511) masuk ke pasar Mesir dan berada pada urutan pertama pada 2018 dengan total impor Mesir dari Indonesia sebesar 643,77 juta dolar AS (sekitar Rp9,1 triliun) dengan pangsa pasar 94,35 persen dari total keseluruhan impor Mesir dari seluruh dunia, yang nilainya 682,27 juta dolar AS.
Produk minyak sawit Indonesia yang diekspor ke Mesir meningkat signifikan, menurut data Badan Pusat Statistik.
Pada Januari 2019, produk minyak sawit Indonesia yang diekspor ke Mesir bernilai 63,11 juta dolar AS (sekitar Rp892 miliar) dengan kapasitas 128,284 ton atau naik sebesar 351 persen dibandingkan dengan ekspor pada periode yang sama tahun lalu.
Diplomasi dagang Indonesia disambut baik oleh CEO Oleo Misr Mohamed Radwan. Ia menyatakan bersemangat untuk melakukan hubungan dagang dengan Indonesia, khususnya pada sektor produk minyak sawit. Ia juga menghargai berbagai upaya yang dilakukan KBRI Kairo untuk memfasilitasi kerja sama antara perusahaan-perusahaan negaranya dengan beberapa pemasok potensial Indonesia.
"Kami sangat berharap hubungan kerja sama di bidang perdagangan antara Mesir dan Indonesia dapat terus ditingkatkan. Kami sangat terbantu dengan dukungan yang diberikan KBRI Kairo dalam mempertemukan kami dengan supplier produk yang dibutuhkan,” kata Radwan.
Kebutuhan minyak untuk konsumsi rumah tangga di Mesir mencapai 1,2 juta ton per tahun, yang 400-500 ribu ton di antaranya berasal dari kelapa sawit.
“Karena itu, kami akan mengimpor produk sawit dan beberapa turunannya dari Indonesia, selain untuk minyak goreng juga untuk produk seperti sabun, detergen dan produk kimia. Sekitar 30-40 persen dari produk sawit yang kami olah nanti akan diekspor lagi ke negara-negara Afrika dan Eropa,” Radwan menjelaskan.
Perusahaan Oleo Misr sudah berdiri sejak tahun 1940-an. Perusahaan itu mengolah produk minyak yang berasal dari bunga matahari, kedelai, dan sawit untuk keperluan konsumsi rumah tangga yang didistribusikan di pasar domestik dan internasional.
Perusahaan tersebut juga mengolah minyak sawit menjadi fatty acid dan glycerin untuk keperluan produk industri yang dipesan dari berbagai perusahaan raksasa seperti Unilever dan Procter & Gamble.
Oleo Misr sebelumnya menandatangani kontrak dengan Perusahaan Induk Perkebunan PTPN III (Persero) untuk pengiriman minyak kelapa sawit sebanyak 10.000-16.000 metrik ton (MT) per bulan, dengan nilai 100 juta dolar AS (sekitar Rp1,4 triliun).
Oleo Misr juga menyepakati pengiriman minyak kelapa sawit sebanyak 4.000-5.000 MT per bulan, dengan nilai 30 juta dolar AS (sekitar Rp424 miliar), dari PT Chitra Agri.
Dalam pertemuan antara Dubes Helmy dan CEO Oleo Misr, dibahas pula mengenai Forum Bisnis Minyak Sawit. Kegiatan itu akan diselenggarakan KBRI Kairo pada Agustus mendatang untuk meningkatkan hubungan dagang Indonesia-Mesir, khususnya di sektor minyak sawit.