Banjarmasin (ANTARA) - Fungsi Polder Alabio belum maksimal sebagai pengatur tata air pada kawasan rawa monoton di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan (Kalsel).
Wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel V/HSU, Balangan dan Kabupaten Tabalong, H Hormansyah SAg SH mengemukakan itu di Banjarmasin, Senin sesudah melakukan reses ke dapilnya, pekan lalu.
Padahal, ujar Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Kalsel itu, keberadaan Polder Alabio yang pembangunannya sejak masa Hindia Belanda tersebut untuk menunjang tata air pertanian pada kawasan rawa monoton HSU.
Pasalnya, rawa monoton HSU dengan luas mencapai puluhan ribu hektare itu, potensial untuk usaha pertanian buat peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Kalsel secara umum, terutama penduduk setempat atau kabupaten tersebut.
"Namun usaha pertanian tersebut juga belum bisa maksimal, karena tata pengairan yang kurang optimal pula," mengutip keterangan masyarakat setempat atas pertanyaan Antara Kalsel.
Oleh karenanya, sebagai wakil rakyat laki-laki kelahiran 1970 itu juga mengharapkan, agar pemerintah atau pihak terkait membenahi lagi Polder Alabio (sekitar 185 kilometer utara Banjarmasin) tersebut sehingga bisa berfungsi lebih maksimal.
"Sayang rawa monoton HSU yang cukup potensial untuk usaha pertanian tidak termanfaatkan secara maksimal, karena terkendala tata pengairan yang belum optimal," lanjut anggota Komisi III Bidang Pembangunan dan Infrastruktur DPRD Kalsel itu.
HSU dengan lahan rawa monoton puluhan ribu hektare itu, bukan cuma potensial untuk usaha pertanian tanaman pangan seperti bercocok tanam padi, tetapi juga bidang perikanan dan peternakan.
Sebagai contoh, HSU juga sebagai sentra perikanan jenis air tawar, serta peternakan unggas seperti itik, dan kerbau rawa yang sempat masuk kalender wisata hingga terkenal ke mancanegara.