Provinsi Kalimantan Selatan yang terdiri atas 13 kabupaten/kota terus mengembangkan tanaman yang menjadi bahan baku produksi minyak atsiri atau minyak wangi.
Ketua Asosiasi Pengusaha Atsiri Kalimantan Selatan Rahmat Nopliardy SH di Banjarmasih, Senin mengatakan, usaha tersebut cukup menjanjikan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.
Selain itu, kata anggota DPRD Kalsel dari PAN periode 2004 - 2009 itu, pangsa pasar atsiri cukup luas.
Indonesia mendapatkan kuota untuk pasaran dunia sebanyak 15.000 ton/tahun tetapi belum bisa memenuhi permintaan tersebut.
Menurut dia, usaha penanaman bahan baku atsiri seperti jenis ilang-ilang (camnanga odorata/cananga odorat) tidak terlalu sulit baik dalam mencari bibit maupun pemeliharaan dan pascaproduksi.
Ia mengatakan, usaha pengembangan tanaman atsiri bukan hanya bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga tapi juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Selain itu, pemerintah daerah juga mendapatkan nilai tambah dari usaha pengembangan tanaman bahan baku atsiri seperti termanfaatkannya lahan tidur menjadi lahan produktif serta bisa mendapatkan devisa dari hasil ekspor.
"Nilai ekspor atsiri selama ini memang berfluktuasi tapi dalam lima tahun terakhir tidak pernah di bawah belasan juta rupiah/kg dan dari 100 kg bahan baku dapat menghasilkan satu kilogram atsiri dengan sistem penyulingan," ungkapnya.
Pengembangan tanaman bahan baku atsiri di Kalsel terdapat pada beberapa daerah antara lain Kabupaten Banjar dan Tanah Laut.
Namun untuk usaha pengembangan tanaman bahan baku atsiri yang selama ini dan banyak terdapat di "bumi perjuangan Pangeran Antasari" Kalsel baru berupa jenis nilam yang usianya relatif pendek.
Sementara jenis ilang-ilang hingga usia 30 tahun baru dilakukan peremajaan dan berbunga hampir sepanjang tahun, demikian Rahmat.(Shn/A)
