Banjarmasin (ANTARA) - Ustadz Haji Aspani Anshari mengungkapkan beberapa rahasia puasa, dalam tausiyahnya di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, sesudah Shalat Subuh hingga Arba (Rabu) pagi
"Beberapa rahasia puasa antara lain diamnya orang berpuasa itu sama dengan bertasbih," ujar alumnus Universitas Al Azhar Kairo Mesir bergelar "Lc" tersebut di hadapan jamaah Shalat Subuh Masjid Assa'adah tersebut.
Selain itu, lanjut pendiri/pengasuh salah satu pesantren di Kelurahan Pemurus Dalam Kecamatan Banjarmasin Selatan, bahwa "guring" (tidur) nya orang berpuasa sama dengan ibadah.
"Hal lain, bahwa doa orang berpuasa mustajab atau Allah kabulkan. Mungkin ada pertanyaan; mengapa saya sudah sejak lama berdoa tidak Allah kabulkan sehingga ada kesan mau berputus asa dalam berdoa," tuturnya.
Mengenai doa yang terkesan tidak Allah kabulkan, Ustadz Aspani menyatakan, bahwa pada prinsipnya Allah tak pernah ingkar janji hanya doa atau permintaan tertunda Allah mengabulkannya.
Sebagai contoh ada doa Nabi Ibrahim alaihi salam (as) yang lamanya 30 ganetasi, baru Allah kabulkan, kutip Ustadz .

Terkait kedudukan doa, ustadz yang masih tergolong muda dan berpenampilan sederhana itu menambahkan, bahwa doa orang terzalimi tidak "berhijab" (terdinding) dengan Allah atau dengan perkataan lain,.Allah kabulkan.
Mengenai doa orang terzalimi, Ustadz Aspani mengutip ceritera "Seribu Malam" yang menceritakan seorang miskin dan seorang raja yang lalim.
Diceritakan, anak dan istri si Miskin kelaparan, sementara yang mau mereka makan tidak adil ada, akhirnya si Miskin.pergi memancing dan mendapatkan ikan besar.
Namun seorang Raja saat melakukan patroli mengambil ikan besar milik si Miskin tanpa memberikan imbalan apa-apa.. Kemudian si Miskin itu melaporkan (bukan berdoa) kejadiannya kepada Allah SWT sebagai pemilik ikan tersebut.
Sang Raja pun kena musibah karena ulah terhadap si Miskin. Berbagai usaha kesehatan tidak mempan. Akhirnya seorang tabib menganjurkan Raja tersebut meminta maaf dengan si Miskin.
"Sesudah meminta maaf, Raja itupun sembuh/dalam peribahasa daerah Banjar "kaya membuang kalimpana" (seperti membuang sesuatu yang masuk mata)," demikian Ustadz H Aspani Anshari.