Tingkat pencemaran bakteri e.coli di Sungai Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, berdasarkan penelitian terlampau tinggi hingga sungguh membahayakan bagi kesehatan.
Hasil penelitian Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Kalsel, menunjukkan kandungan bakteri di Sungai Martapura Banjarmasin mencapai 16 ribu PPM per liter, kata Direktur Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbah (PD PAL) kota setempat, Ir Moh Muhidin kepada pers di Banjarmasin, Rabu.
Padahal, tambahnya, kandungan ideal bakteri e.coli pada air yang aman untuk konsumsi hanya 200 PPM per liter, yang berarti kalau sudah di atas dari itu terus dibiarkan akan berdampak terhadap berkembangnya penyakit muntah berak (muntaber), diare, dan kolera.
Tingginya tingkat pencemaran bakteri tersebut lantaran adanya budaya masyarakat setempat yang suka membuang tinja ke sungai, atau memiliki kakus atau toilet dengan "septic tank" kurang baik sehingga tinja tetap turun ke sungai.
Oleh karena itu pihaknya mensosialisasikan penghapusan budaya jamban, dan pembuatan kakus yang baik.
"Kita bersedia membantu secara gratis pembuatan kakus rumah penduduk yang baik agar tinja tidak keluar dari kotak 'septic tank', asal rumah penduduk tersebut berada dekat dengan instalasi pengolahan air limbah (Ipal) milik kami," kata Muhidin.
Disebutkannya, di Banjarmasin pembangunan Ipal terus dilakukan dan kini sudah terdapat enam lokasi dan diharapkan pada tahun 2015 mencapai 14 lokasi.
Pembangunan Ipal tersebut tak lain mengurangi pencemaran limbah manusia ini, serta mengurangi tingkat pencemaran limbah lainnya.
Dari lima tahun PD PAL berdiri di kota ini sudah terdapat 4500 pelanggan yang mengolah air limbah atau hanya 3,47 persen dari ideal untuk kota Banjarmasin.
"Kita berharap tahun 2015 mendatang cakupan pelayanan PD Ipal Banjarmasin bisa mencapai 15 persen, dan untuk mencapai hal tersebut membutuhkan sedikitnya Rp100 miliar investasi," demikian Muhidin./hsan
